Jatuhnya pesawat tempur generasi kelima F-35A Lightning II AU Jepang yang berteknologi siluman pada 9 April 2019, tak menurunkan minat banyak negara pada jet tempur canggih ini.
Kecelakaan di perairan Samudera Pasifik ini hanya berselang enam bulan dari jatuhnya varian F-35 lainnya. Sebuah F-35B milik Korps Marinir AS jatuh pada 28 September 2018 lalu.
Beda dengan pilot Marinir yang sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar (ejection seat), nasib pilot F-35A AU Jepang hingga kini belum diketahui. Besar kemungkinan gugur dalam tugas.
Negara-negara yang meminati F-35, entah itu varian A (konvensional), varian B (lepas landas vertikal) maupun C (khusus untuk kapal induk besar/supercarrier) belum menunjukkan mundur dari niatan meminang F-35.
Singapura masih pada niatnya untuk memesan 8 unit F-35. Kendati pilihan varian apanya masih dirahasiakan. Taiwan juga masih berhasrat memiliki F-35 kendati saat ini masih terfokus untuk mendapat ijin pembelian 66 F-16C/D lebih dulu.
Polandia bahkan sudah terang-terangan mengarahkan fokus pengadaan Program “Harpia” pada F-35. Seperti diketahui, lewat program tersebut Kementerian Pertahanan Polandia mulai memilih jet tempur pengganti MiG-29 Fulcrum dan Su-22 Fitter AU Polandia.
Selain sudah masuk usia uzur, kedua jenis jet tempur itu buatan Rusia. Pengadaan suku cadang keduanya jadi sulit karena Polandia kini sudah hijrah menjadi sekutu AS dan jadi anggota NATO. Rencananya, pengganti MiG-29 dan Su-22 itu akan mendampingi 48 unit F-16C/D Block 52 yang sudah mengisi AU Polandia.
Negara-negara lain yang sudah “telanjur” memesan dan mulai menerima F-35 pun serupa. Baik itu Australia, Korea Selatan, Belgia, Denmark maupun negara-negara lainnya.
Lockheed Martin selaku pabrikan pembuat menegaskan bahwa dua kecelakaan tersebut tidak mempengaruhi jadwal pengiriman F-35 ke sejumlah negara pemesan termasuk militer AS. Lockheed juga menjamin bahwa kualitas produksi F-35 sekalipun itu dirakit di fasilitas lain di luar AS, tetap diawasi ketat.
Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan pembeli. Sebab selain fasilitas produksi raksasa di Fort Worth, Texas, Lockheed sudah menunjuk dua negara untuk ko-produksi dan perakitan akhir F-35. Fasilitas tersebut disebut FACO (final assembly and check-out facility), dan sejauh ini sudah ada di Cameri, Italia, dan di Nagoya, Jepang.
Menarik dicermati, bahwa F-35A AU Jepang yang naas pada 9 April itu adalah pesawat produksi pertama dari FACO Lockheed di Nagoya. Rencananya, sebagian besar dari total 147 unit F-35 pesanan Jepang baik untuk AU (F-35A) maupun AL (F-35B), diproduksi di FACO Nagoya ini.
Meski tidak dibuka terang-terangan ke media, namun proses produksi dan pemeriksaan mutu (quality control) di Jepang tersebut pun langsung diperiksa ulang.
KOMENTAR ANDA