post image
Pabrik Airbus di Toulouse, Prancis.
KOMENTAR

ZTC. Harga tiket pesawat yang mahal tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia adalah buntut dari kebijakan maskapai penerbangan yang salah.

Menurut ekonom senior DR Rizal Ramli, ekspansi yang tidak diimbangi dengan perhitungan matang menjadi salah satu penyebab utama.

Maksud pria yang akrab disapa RR itu adalah pembelian pesawat hingga ratusan unit yang dilakukan Garuda dan Lion Grup dengan sistem pembayaran utang.

Dia mencatat Lion Grup telah membeli sebanyak 464 pesawat senilai 46,2 miliar dolar AS. Dengan rincian 230 pesawat Boeing senilai 22,4 miliar dolar AS dan 234 Airbus senilai 23,8 miliar dolar AS.

Sementara Garuda  membeli sekitar 90 pesawat, terdiri dari 30 Airbusa dan 60 Boeing. Total pembelian senilai Rp 300 triliun.

“Leverage ketinggian, ini mengakibatkan mereka kesulitan cash flow atau arus kas," terangnya dalam talkshow di TV One beberapa waktu lalu.

Sebagai solusi, RR meminta kedua maskapai itu untuk melakukan restrukturisasi utang untuk bisa mempertahankan sumber daya yang ada.

"Kedua, pemerintah menetapkan kira-kira internal rate of return dalam airlines bisnis 11 persen dalam dolar AS, baru bicara harga," terangnya.

Selanjutnya, mantan Menko Kemaritiman itu meminta agar bahan bakar pesawat, avtur dibiki kompetitif.

Selain itu, Rizal Ramli juga mencontohkan cara dirinya saat mengatasi masalah harga tiket pesawat mahal di era Presiden Abdurrahman Wahid.

Saat menjadi Menko Ekuin, Rizal Ramli menggratiskan tarif sparepart dan komponen pesawat sehingga bisa menurunkan harga tiket pesawat.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews