KANTOR Berita RMOL sempat memberitakan bahwa jagat maya dibuat heboh oleh postingan Karni Ilyas. Jurnalis senior ini bercuit di Twitter mendukung harapan seorang politikus untuk diangkat menjadi Jaksa Agung.
Dalam cuitannya, pemred TV One ini mengomentari berita berjudul "Kapitra Berharap Menjadi Jaksa Agung".
Jaksa Agung
Kapitra Ampera mengklaim sudah memberikan segenap tenaga lahir-batin untuk memenangkan pasangan Joko Widodo-Maruf Amin dalam Pilpres 2019. Maka sudah sepantasnya diberikan penghargaan berupa jabatan Jaksa Agung.
"Saya kan sudah jungkir balik, berdarah-darah. Saya berharap kepada Pak Jokowi untuk bisa diberi kesempatan. Kalau sesuai dengan bidang saya itu ya Jaksa Agung," ujar Kapitra.
Karni lalu mem-posting dukungan kepada Kapitra.
"Mohon maaf, saya mendukung Pak Kapitra Ampera jadi Jaksa Agung ya. Hanya beliau orang Indonesia yang mampu berubah dari Kuda Troya jadi Kotak Pandora. Di tangan beliau sebagai Jaksa Agung saya percaya penegakan hukum akan semakin baik," tulis Karni.
Alhasil, postingan itu heboh ditanggapi netizen. Ada yang menanyakan apa akun Karni Ilyas dibajak atau di-hack oleh orang tak bertanggung jawab. Mendapati pertanyaan bertubi-tubi dari netizen, Karni kemudian memposting penjelasan mengapa dia memposting dukungan agar Kapitra menjadi Jaksa Agung.
"Saya pastikan akun saya tidak di-hack. Saya cuma sedang mencoba menikmati jadi orang dungu. Ternyata asyik juga. Maaf," tulis Karni memberikan penjelasan.
Terpecah-belah
Adalah hak asasi Karni Ilyas untuk asyik mencoba menikmati jadi orang dungu. Namun sayang, keasyikan itu telah memecah-belah persatuan dan kesatuan Perhimpunan Pencinta Humor (Pertamor) yang telah dengan susah payah saya dirikan sejak tahun 1980.
Akibat cuitan mau pun penjelasan pemred TV One itu kini Pertamor terbelah dua. Belahan yang satu menganggap cuitan sekaligus penjelasan Karni Ilyas sebagai mahakarya humor yang layak memperoleh anugrah penghargaan Pertamor sebagai humor paling lucu tahun 2019.
Namun anugerah terpaksa ditunda, sebab tahun 2019 belum berakhir dan siapa tahu masih ada humor lebih lucu ketimbang humor Karni Ilyas tentang calon Jaksa Agung.
Di samping pada hakikatnya, kelucuan merupakan suatu nilai tafsir nisbi dan subyektif maka mustahil diukur secara baku kecuali dipaksakan dengan kekuasaan.
Eling Lan Waspodo
Belahan yang lain sedang bimbang, maka akan mohon petunjuk penasehat keadilan Pertamor yaitu Prof. DR, Mahfud MD. Yang perlu ditegaskan Prof Mahfud adalah layak-tidaknya berdasar hukum yang berlaku di Indonesia sebagai negara hukum bahwa Karni Ilyas dilaporkan ke polisi atas dugaan membuat dan menebar hoax yang bahkan sudah terbukti meresahkan begitu banyak warganet.
Di zaman serba sarat budaya lapor ini, sudah sewajarnya kita bersikap cermat dan seksama agar jangan sampai niat melaporkan Karni Ilyas ke Bareskrim menjadi bumerang akibat pihak terlapor balas dendam balik melaporkan sang pelapor atas dugaan fitnah dan pencemaran nama baik atau ketidaknyamanan atau entah apa.
Dikhatirkan berbagai pihak akan intervensi akibat industri hukum masa kini bersuasana "Maju Tak Gentar Membela Yang Berkuasa".
Kemelut politik Indonesia zaman now wajib disikapi secara eling lan waspodo akibat kemelut hawa nafsu angkara murka perebutan kekuasaan sedang merongrong peradaban bangsa Indonesia, sehingga dengan mudah humor bisa berubah menjadi horor, dan/atau sebaliknya.
Penulis adalah pendiri perhimpunan pencinta humor.
KOMENTAR ANDA