post image
KOMENTAR

Regulator penerbangan Eropa menyampaikan lima hal yang harus dipenuhi pabrik pesawat Boeing bila ingin Boeing 737 Max-8 kembali mengudara.

Salah satu permintaan itu terkait dengan sistem autopilot yang digunakan 737 Max-8 yang menurut mereka berbahaya.

Informasi yang diperoleh Bloomberg dari sumber yang mengetahui persoalan ini mengatakan bahwa European Union Aviation Safety Agency (EASA) telah mengirimkan daftar itu ke Federal Aviation Administration (FAA) dan Boeing.

Boeing 737 Max-8 dilarang terbang menyusul kecelakaan yang terjadi di Indonesia pada bulan Oktober 2018 dan di Ethiopia pada bulan Maret 2019. Sebanyak 346 orang tewas dalam dua kecelakaan yang terjadi dalam rentang waktu lima bulan itu.

Dalam sebuah pernyataan, masih menurut Bloomberg, FAA menolak untuk mengkonfirmasi hal-hal khusus yang disampaikan EASA. Namun menurut FAA, pihaknya melanjutkan kerjasama yang erat dengan pihak-pihak lain yang mereview kasus Boeing 737 Max-8 ini.

“Proses ini termasuk dalam hal menjalin komunikasi reguler dengan semua pihak,” sebut FAA.

Adapun pihak Boeing menyampaikan pendapat senada secara terpisah.

Daftar persoalan yang diajukan EASA meliputi potensi kesulitan yang dialami pilot untuk mengembalikan roda kemudi manual, ketidakmampuan sensor angle of attack (AOA), pelatihan yang kurang memadai untuk pilot, dan persoalan yang terkait dengan software.

Hal yang secara khusus disampaikan EASA dalam daftar pemintaan itu terkait dengan sistem autopilot yang tidak dapat dihentikan dalam situasi darurat.

“Setiap hal ini secara signifikan dapat mempengaruhi pelayanan kembali. Tetapi kami tidak tahu apakah hal itu benar-benar menjadi permintaan atau hanya bahan diskusi,” ujar
John Cox, seorang mantan pilot 737  yang kini menjadi presiden perusahaan konsultan Safety Operating Systems.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews