SISTEM rudal pertahanan udara (Sisdal Hanud) S-75 Dvina (kode NATO: SA-2 Guideline) sudah pensiun sejak awal dekade 1980-an.
“Payung” langit ibu kota Nusantara hampir tak ada.
Jika tak ada aral melintang, akhir tahun 2019 atau awal 2020 sisdal hanud NASAMS sudah bisa terpasang guna ibu kota Nusantara.
Nyaris empat puluh tahun absen dari arsenal TNI AU, rudal hanud jarak menengah memang sudah amat dinanti untuk memperkuat pertahanan Indonesia.
S-75 Dvina dulu dibeli atas lobi Presiden Soekarno dalam persiapan untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua) dari Belanda. Rudal hanud andalan Uni Soviet ini memiliki jangkauan tembak sekitar 45 – 60 km. Mampu menembak target yang terbang hingga di ketinggian 66.000 feet (sekitar 22 km di atas permukaan laut).
Tahun 2017 Kementerian Pertahanan RI resmi memesan sisdal hanud menengah NASAMS dari Norwegia. Nilai kredit ekspornya sekitar 101,6 juta dolar. Menyingkirkan beberapa rivalnya dari China.
Jika kontrak pengadaan itu berlangsung sesuai rencana, NASAMS di akhir tahun 2019 atau awal 2020 sisdal hanud ini sudah bisa terpasang menjaga udara ibu kota.
NASAMS adalah sisdal hanud menengah buatan patungan antara Kongsberg Defence Systems (Norwegia) dan Raytheon (Amerika). Satu satuan rudal atau “baterai” (missile battery) NASAMS terdiri dari beberapa launcher (biasanya 10-12 peluncur) yang masing-masing berkapasitas 6 pucuk rudal.
Selain peluncur, terdapat beberapa radar mobile berteknologi 3D, sisitem penjejak elektro optik, modul kendali dan komando, serta unit generator.
Setiap sistemnya dipasang secara modular di atas platform truk kategori menengah. Ini salah satu fitur unggulan NASAMS, di mana setiap sub sistemnya dapat diangkut dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Sehingga memungkinkan dipindah lokasi dengan cepat (mobilitas tinggi).
Fitur unggukan NASAMS lainnya adalah modularitas rudalnya sendiri. Selain rudal AIM-20 AMRAAM sebagai rudal utamanya (yang secara standar ditawarkan ke setiap calon pembeli), peluncur rudal NASAMS dapat mengakomodasi dua jenis rudal lainnya, yaitu ESSM dan AIM-9X Sidewinder.
Fitur inilah yang konon paling diminati.
ESSM (Evolved Sea Sparrow Missile) memang rudal hanud darat ke udara (didesain diluncurkan dari darat). Tapi AIM-20 AMRAAM dan AIM-9X Sidewinder sesungguhnya rudal udara ke udara, menjadi persenjataan utama pesawat tempur buatan AS dan sekutunya.
Dengan kata lain, NASAMS dapat memakai stok rudal AMRAAM maupun Sidewinder yang sama dengan yang dipakai jet-jet tempur TNI AU.
Jika dipersenjatai AIM-120C AMRAAM, sisdal NASAMS berjangkauan tembak sekitar 50 – 70 km (tergantung parameter penembakan maupun target). Jangkauan tembak AIM-20C jika diluncurkan dari platform darat, memang lebih pendek dari jangkauan “asli”-nya saat ditembakkan dari pesawat tempur (sekitar 90 – 120 km).
Terbetik kabar, NASAMS pesanan Indonesia akan dipersenjatai dengan rudal AIM-120C, sama dengan yang dipesan untuk melengkapi armada jet tempur F-16 Fighting Falcon milik TNI AU.
KOMENTAR ANDA