post image
KOMENTAR

Keluarga penumpang yang menjadi korban kecelakaan pesawat Boeing 737 Max-8 mendapat kesempatan menghadiri pertemuan di Kongres AS dan menyampaikan protes mereka pada pabrik pesawat Boeing buatan Amerika Serikat itu.

Mereka yang hadir di Capitol Hill adalah keluarga korban kecelakaan Boeing 737 Max-8 yang dioperasikan Ethiopia Airlines. Pesawat dengan nomor penerbangan ET302 ini terjatuh tak lama setelah tinggal landas bulan Maret lalu.

Lima bulannya kecelakaan yang relatif serupa terjadi di Indonesia. Pesawat Lion Air juga terjatuh dan menewaskan semua penumpang dan awak pesawat.

Dalam pertemuan hari Rabu (17/7), keluarga korban juga meminta Boeing mengambil langkah konkret untuk meningkatkan aspek keselamatan penerbangan.

Salah seorang keluarga korban, Paul Njoroge, membawa foto istri, ibu mertua dan ketiga anaknya yang tewas dalam kecelakaan itu.

“Istri saya, Carol, adalah seorang ibu yang berdedikasi. Akuntan yang ingin mengubah dunia melalui pendidikan berkebudayaan di komunitas terpinggirkan di Kenya,” ujarnya.

“Saya seringa kali memikirkan enam menit terakhir mereka,” ujarnya lagi seperti dikutip dari AeroTime, merujuk pada waktu yang digunakan pesawat naas itu sebelum akhirnya terjatuh.

Dia yakin, istri dan ibu mertuanya tahu mereka akan tewas dalam kecelakaan itu dan menggunakan waktu yang tersisa untuk menenangkan ketiga anaknya.

“Saya berharap ada di sana bersama mereka,” katanya lagi putus asa.

Dia mengatakan, tindakan Boeing setelah kecelakaan sungguh memalukan dan menyinggung rasa kemanusiaan. Boeing mengubah jalan cerita mengenai akar masalah. Dari kesalahan teknis Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang digunakan pesawat menjadi kesalahan pilot asing yang mengendalikan penerbangan.

Keluarga korban juga menyesalkan sikap Boeing yang tidak pernah menemui mereka.

Perusahaan pembuat pesawat milik Amerika Serikat itu menggunakan strategi media untuk meminta maaf dan menawarkan kompensasi sebesar 100 juta dolar AS untuk keluarga dan pihak-pihak yang terdampak yang akan diberikan kepada pemerintah setempat dan LSM.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews