Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) mengingatkan Federasi Rusia agar mematuhi perjanjian Pelucutan Misil Jarak Menengah atau Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF).
Peringatan itu disampaikan Sekjen NATO Jens Stoltenberg kepada BBC.
Perjanjian itu disepakati pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan pada 8 Desember 1987.
Perjanjian INF melarang misil antar benua, misil penjelajah, dan misil yang memiliki jarak tembak 500 sampai 1.000 kilometer (short-medium range), serta misil yang memiliki jarak tembak angara 1.000 hingga 1.500 kilometer (intermediate range).
Perjanjian ini tidak berlaku untuk misil yang diluncurkan ke udara atau ke laut.
Pada bulan Mei 1991 Amerika Serikat dan Uni Soviet berhasil mengeliminasi 2.692 misil diikuti inspeksi untuk memverifikasi selama 10 tahun.
Tahun lalu, tepanya pada tanggal 20 Oktober 2018, Presiden AS Donald Trump mengumumkan negaranya menarik diri dari perjanjian. AS menuduh Rusia telah mencederai perjanjian tersebut dan memberikan jangka waktu selama 6 bulan kepada Rusia untuk kembali menghormati Perjanjian INF. Deadline dimaksud akan jatuh pada tanggal 2 Agustus 2019.
Rusia sudah barang tentu tidak tinggal diam diultimatum seperti itu. Rusia justru semakin meningkatkan aktivitas pengembangan berbagai senjata baru.
Pihak NATO telah mengambil sikap untuk melakukan serangkaian langkah “defensif-terukur” apabila Rusia enggan untuk kembali patuh pada perjanjian tersebut.
“Kita harus siap menghadapi dunia dengan lebih banyak rudal Rusia,” ujar Stoltenberg.
Dia menambahkan, Rusia telah mencederai Perjanjian INF dengan aktivitas pengembangan misil yang sedang berlangsung. Terutama misil yang berpotensi nuklir, fleksibel, dan memiliki jarak tempuh yang memadai.
“Pertahanan udara, rudal konvensional, latihan rutin militer, kesiapan pasukan, dan berbagai inisiatif kendali senjata baru semuanya dapat menjadi bagian dari respons tersebut,” tambahnya.
Stoltenberg juga memuji peran aktif anggota NATO yang meningkatkan anggaran militer hingga 2 persen dari total anggaran negara.
“Kami melakukan banyak perubahan, setidaknya jauh lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya, dan saya cukup optimis bahwa sekutu (NATO) akan terus berinvestasi lebih banyak,” pungkasnya.
KOMENTAR ANDA