Tidak dapat dipungkiri, Ari Ashkara menjadi salah seorang pejabat BUMN yang paling disoroti akhir-akhir ini.
Ari Ashkara belum genap setahun memimpin maskapai nasional Garuda. Ia diangkat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia dalam RUPS yang digelar bulan September 2018 menggantikan Pahala Mansury.
Di bulan November 2018 Ari membuat gebrakan. Ia menandatangani perjanjian dengan Mahata Aero Teknologi sebuah startup penyedia jaringan wifi supercepat untuk penerbangan Citilink Indonesia.
Di bulan April 2019, Ari Ashkara semakin disoroti publik setelah dalam RUPS Tahunan dua komisaris Garuda menolak menandatangani laporan keuangan 2018. Sebabnya, karena di dalam laporan itu apa yang disebut sebagai potensi keuntungan dari kerjasama dengan Mahata dimasukkan sebagai pendapatan. Ini membuat Garuda tampak membukukan keuntungan.
Tidak kurang dari OJK, BEI dan BPK telah menyatakan bahwa laporan keuangan itu bermasalah dan Garuda diminta untuk menyampaikan ulang laporan keuangan itu.
BPK bahkan meminta agar kerjasama dengan Mahata dibatalkan.
Selain urusan dengan Mahata, Ari Ashkara juga disoroti karena merangkap jabatan sebagai Komisaris Utama Sriwijaya Air, perusahaan pelat hitam.
KPPU yang memeriksa kasus ini mengaitkan rangkap jabatan itu dengan praktik kartel dan monopoli yang membuat harga tiket pesawat menjadi lebih mahal.
Ari Ashkara juga membuat heboh karena dalam pemberangkatan jamaah haji dari Embarkasi Solo badan salah satu pesawat Garuda ditempeli spanduk yang berisi ucapan terima kasih dari jamaah haji kepada Joko Widodo.
Belum lagi dalam pelepasan jemaah haji itu ada pula ritual memecahkan kendi yang dipandangan tidak sedikit orang sebagai praktik yang tidak islami.
Sekretaris Kementerian BUMN (2005-2010) Said Didu pun sempat mengatakan dirinya tidak memahami kehebatan Ari Ashkara dalam menjalankan BUMN flag carrier Indonesia ini.
“Saya tidak paham "kehebatan" orang ini (Ari Ashkara),” tulisnya dalam akun Twitter @msaid_didu sekitar enam jam lalu.
Ketidakmampuan Said Didu memahami Ari Ashkara karena yang bersangkutan hampir setiap tahun pindah bekerja, dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
“Karena hampir tiap tahun pindah dari BUMN yang satu ke BUMN lain. Sehingga sulit mengetahui kehebatannya,” sambung Said Didu.
Pernyataan Said Didu ini sebenarnya untuk mengomentari salah satu berita ZonaTerbang.Id mengenai aksi bungkam Ari Ashkara ketika ditanyai dan dicecar pertanyaan seputar rekomendasi BPK yang meminta membatalkan kerjasama dengan Mahata, juga tentang laporan keuangan 2018 yang bermasalah dan rangkap jabatan.
Sebelum menjabat sebagai Dirut Garuda, pemilik nama asli I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra ini adalah Dirut Pelindo III di Surabaya. Sebelumnya lagi dia berkarier sebagai bankir di ANZ Bank Indonesia, juga pernah menjadi direksi di Wijaya Karya.
Ari Ashkara sebenarnya juga bukan orang baru di Garuda. Dia menjadi Direktur Keuangan Garuda ketika Garuda dipimpin Arif Wibowo.
KOMENTAR ANDA