post image
KOMENTAR

Parlemen telah menyetujui rencana itu pekan lalu. Tetapi Presiden Bulgaria Roumen Radev mendadak memveto, menolak, rencana pembelian delapan unit jet tempur F-16V.

Menurut Presiden Radev, harga yang harus dikeluarkan dari kocek negara untuk kedelapan pesawat itu terlalu tinggi.

Satu hal yang pasti, dengan ketegangan yang mengalami peningkatan intensitas, Bulgaria memiliki kebutuhan untuk meremajakan dan membangun armada udara yang mumpuni.

Armada MiG-29 yang mereka miliki sudah tidak dapat dikatakan muda, sudah tua, dan perawatannya membutuhkan biaya yang sangat besar dan menguras anggaran Angkatan Udara Bulgaria.

Awalnya, Bulgaria sempat mempertimbangkan tawaran sepuluh jet tempur JAS-39 dari Saab. Tetapi setelah tender dilakukan pilihan Bulgaria akhirnya jatuh pada delapan F-16 buatan Lockheed Martin. Versi terakhir yang dikenal sebagai Block 70 atau Viper.

Pada tanggal 19 Juli lalu, Parlemen Bulgaria sudah menyatakan persetujuan untuk membeli pesawat tempur F-16 Viper itu. Ini memang akan menjadi pembelian terbesar Bulgaria dalam 30 tahun terakhir. Agar memuluskan rencana ini, pemerintah Bulgaria memang harus memperlebar defisit anggaran sampai 1,6 persen dari GDP.

Namun, pada hari Selasa lalu (23/7), Presiden Bulgaria menghentkan rencana pembelian itu.

Roumen Radev adalah mantan pilot jet tempur.

“Bulgaria membutuhkan pesawat yang multifungsi, yang diperoleh tidak hanya oleh kualitasnya tetapi juga oleh paket penuh yang meliputi peralatan, peralatan pendamping, dan pelatihan pilot,” ujarnya.

Dilaporkan bahwa veto Presiden Bulgaria tidak berarti apa-apa kecuali Parlemen setuju untuk meratifikasi UU terkait pembelian pesawat itu.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews