post image
Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer.
KOMENTAR

Pekan ini tampaknya akan menjadi pekan yang berbeda bagi hubungan Amerika Serikat dan Republik Rakyat China.

Pasalnya, pada Selasa (30/7), delegasi AS dan China akan bertemu kembali untuk membahas perdagangan kedua negara, setelah sebelumnya pada pertemuan G-20 gagal mencapai kesepakatan.

Pertemuan ini akan dilaksanakan di Shanghai selama dua hari dan rencananya dihadiri rombongan delegasi AS yang dipimpin oleh Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer.

Walaupun akhir-akhir ini AS dan Tiongkok melakukan berbagai manuver yang saling menyakiti, namun sepertinya kedua negara ini masih saling membutuhkan.

Seperti yang dilansir StraitTimes, pertemuan AS dan China pekan ini merupakan sebuah langkah yang konkret dan menunjukkan niat baik dari kedua belah pihak.

Menurut pernyataan Gedung Putih, pertemuan tersebut akan membahas hak kekayaan intelektual, transfer teknologi, hambatan nontarif, agrikultur, jasa, hingga defisit perdagangan.

Kendati demikian, Kepala Perekonomian China, Robin Xing, mengatakan bahwa masih ada jarak yang besar di antara kedua belah pihak sehingga belum terlihat jalan untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif.

Sebelumnya, perang dagang antara AS dan China mencuat ketika Presiden Donald Trump melarang produk Huawei dijual di AS. Sementara itu, Beijing memperkeruh suasana dengan menyatakan bahwa AS menjadi 'black hand' atau dalang dari protes yang ada di Hongkong.

Tiongkok pun memberikan tiga syarat utama kepada AS. Di antaranya adalah menghapuskan tarif dagang, adanya kesepakatan yang adil, dan adanya tambahan pembelian produk China oleh AS.

Diketahui, China telah membeli jutaan ton kacang kedelai dari AS, tapi produk mereka tak banyak yang masuk ke pasar AS.

Merespons hal tersebut, Jumat (26/7), Trump mengatakan bahwa China harus menunggu setelah pemilu AS pada 2020 untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan mereka.

Isu perang dagang antara AS dan China sendiri telah ikut memperbesar tensi politik dunia. Setelah sebelumnya dipanaskan oleh konflik Korea Utara-Korea Selatan, Brexit, hingga megaprotes di Hongkong.


Ini Lima Pesawat Tempur AS yang Konon Paling Sulit Diterbangkan

Sebelumnya

TNI AU Pesan Empat Helikopter Airbus H145

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Military