post image
KOMENTAR

Ekonom senior DR. Rizal Ramli pernah membantu membanahi maskapai nasional Garuda Indonesia. Ketika itu ia masih menjabat sebagai Menko Perekonomian di era Abdurrahman Wahid.

Berdasarkan pengalaman itu, dan pengalaman lain yang dimilikinya dalam membenahi BUMN, Rizal yakin kondisi maskapai Garuda Indonesia dapat dibenahi dalam dua tahun.

"Kami ingin membantu pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi untuk memberi solusi, kami cuma tak ingin reputasi Presiden Jokowi merosot kalau Garuda terpaksa dijual," Rizal menceritakan apa yang pernah dibicarakannya dengan Presiden Jokowi saat dirinya dipercaya menjadi Menko Maritim.

Kepada Jokowi, Rizal menyampaikan potensi kerugian Garuda akibat pembelian pesawat berbadan lebar untuk penerbangan jarak jauh rute internasional, dan pesawat Bombardier untuk penerbangan domestik. Sudah dibeli dengan harga mahal, mark up pula.

"Itu lah mengapa saya menjelaskan dalam pidato pelantikan sebagai Menko Kemaritiman pada 12 Agustus 2015 agar pemerintah melakukan evaluasi pada pembelian pesawat jarak jauh Garuda Indonesia karena pasti merugi," kata Rizal.

Hal lain yang disampaikan Rizal adalah apa yang pernah dia lakukan kala masih menjabat sebagai menteri di era Gus Dur.

Di masa itu, Garuda sempat mengalami persoalan tidak mampu membayar utang sebesar1,8 miliar dolar AS yang digunakan untuk memborong pesawat dengan harga mark up. Belum lagi mark up bisa melebihi 50 persen. Ini adalah praktik  peninggalan dari era sebelumnya.

"Saat itu konsorsium utang yang dipimpin bankir dari Jerman mengancam akan menyita semua pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke Eropa. Namun mengancam akan mengadukan balik konsorsium utang itu ke pengadilan di Frankfurt, Jerman, karena selama ini mereka menerima bunga odious dari pembiayaan "mark up" itu,” cerita Rizal Ramli.

“Kalau hal itu terbukti, saham mereka bisa turun, harus membayar denda, serta eksekutifnya bisa kena pidana," ungkapnya.

Menurut Rizal, saat mengetahui keinginan pemerintah Indonesia membawa urusan ini ke pengadilan internasional, konsorsium mendatangi dirinya dan mencabut tuntutan mereka.

Kepada konsorsium itu Rizal menawarkan restrukturisasi kredit senilai 1,8 miliar dolar AS tadi dengan token guarantee atau garansi pura-pura sebesar 100 juta dolar AS. Ini hanya 5,5 persen dari total utang.

Selain itu, jaminan pura-pura tadi pun tidak diberikan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan. Melainkan dari bank pelat merah.

Sayangnya pemerintahan Gus Dur tak berlangsung lama. Upaya membenahi Garuda dengan skema yang disiapkan Rizal Ramli terhenti.

Berbagai praktik yang merugikan maskapai pun terus terjadi.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews