Ketegangan di Selat Hormuz tampaknya akan semakin meningkat, terutama setelah Inggris mengumumkan bergabung dalam misi keamanan yang dipimpin AS untuk melindungi jalur pelayaran di kawasan itu, Senin lalu (5/8).
Menurut pernyataan pejabat Inggris yang dikutip Al Jazeera, tidak ada perubahan kebijakan Inggris terhadap Iran.
Bergabungnya Inggris dengan AS di Selat Hormuz merupakan langkah kebijakan luar negeri non-Brexit yang paling signifikan hingga saat ini, sejak Boris Johnson menjabat posisi Perdana Menteri.
Namun diketahui, pada bulan lalu, telah terjadi insiden penangkapan kapal tanker Inggris, Stena Impero oleh Iran di dekat Selat Hormuz karena adanya pelanggaran pelayaran.
Sementara itu, dua minggu yang lalu Britania Raya ini bergabung dalam misi angkatan laut yang dipimpin oleh Eropa. Namun saat ini, Inggris justru menyerukan telah bergabung dengan misi keamanan maritim internasional yang dipimpin oleh AS.
Selain Inggris, belum ada negara lain yang ikut bergabung dengan misi ini.
"Sangat penting untuk mengamankan kebebasan semua pelayaran dan navigasi di Selat Hormuz, terutama setelah adanya ancaman (dari Iran)," ujar Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace.
Tindakan Britania Raya ini mendapatkan sambutan baik dari AS yang menyatakan penempatan Royal Navi (Angkatan Laut Inggris) merupakan aksi untuk mencapai tujuan bersama, yaitu memastikan amannya arus perdagangan bebas.
Selat Hormuz sendiri merupakan salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia karena hampir seperlima minyak dunia didistribusikan melalui selat ini. Namun, sejak Mei lalu, selat ini menjadi tempat perselisihan AS dan Iran yang sama-sama menempatkan militernya.
KOMENTAR ANDA