Setelah Presiden Joko Widodo memerintahkan pejabatnya untuk mengambil alih informasi wilayah penerbangan (FIR) Kepulauan Riau dari Singapura, beberapa pengamat langsung memberikan analisanya.
Dimuat oleh South China Morning Post (Kamis,22/8), Singapura selalu menyatakan bahwa masalah kontrol FIR tidak harus tentang kedaulatan melainkan lebih tentang keamanan dan efisiensi dalam mengelola lalu lintas udara komersial. Lebih lanjut, pada bulan Maret lalu, Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan bahwa wilayah FIR yang dikelola Singapura telah "mendapat banyak manfaat".
Namun, ternyata menurut profesor di National University of Singapore, Alan Tan, setiap perubahan pada wilayah udara yang sekarang dikendalikan oleh Singapura justru akan memengaruhi operasi Bandara Changi, mengingat lalu lintas yang padat selalu membutuhkan perhatian mendalam.
Dalam FIR nya sendiri, Singapura diketahui mengelola 740.000 penerbangan dan setengahnya yang berasal atau berakhir di Bandara Changi. Sedangkan sisanya untuk penerbangan yang tiba atau berangkat berada di bandara wilayah FIR yang dikelola Singapura.
Oleh karena itu, profesor di Embry-Riddle Aeronautical University, Jack Patel memperingatkan bahwa wilayah udara Singapura sudah sangat padat. Jika ada penyempitan lebih lanjut (pengambilalihan wilayah udara oleh Indonesia) memungkinkan adanya masalah karena menyebabkan efek corong, yang dapat menyebabkan penundaan bahkan peningkatan resiko tabrakan di udara.
Apabila hal tersebut terjadi, status Singapura sebagai "hub regional utama" akan terancam. Bahkan menurut Pejabat Singapura, apabila terdapat perubahan pada status hub udara Singapura, maka akan menghantam sektor ekonomi.
Hal yang paling memungkinkan menurut beberapa pengamat jika Indonesia tidak mengambil alih FIR nya adalah dengan membentuk Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) untuk tujuan pertahanan dan keamanan. Sehingga Indonesia akan segera mengetahui adanya pesawat tak berjadwal yang telah memasuki bagian wilayah udara yang tida dikelolanya.
KOMENTAR ANDA