Chappy Hakim
Mantan Kepala Staf TNI AU,
Pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia
KEMARIN hari Selasa tanggal 28 Agustus 2019 telah berlangsung upacara wisuda program Magister Air and Space Law di Universitas Leiden.
Universitas yang telah memulai kegiatan Pendidikan tinggi sejak tahun 1575 dan hingga sekarang Leiden Universiteit dikenal sebagai salah satu International Reseach University paling terkemuka di Eropa.
Kini Universitas Leiden dijalankan oleh ribuan staff pengajar dan tengah bergiat dalam pendidikan “world class” dengan jumlah puluhan ribu mahasiswa yang datang dari segenap penjuru dunia.
Di Leiden ini pula bermarkas The International Institute of Air and Space Law sebuah Lembaga peneliti dan pengajaran paling kredibel dalam isu-isu Hukum dan Kebijakan mengenai kegiatan penerbangan dan ruang angkasa di tingkat global.
Pada siang hari yang cerah itu telah dilangsungkan sebuah uoacara kelulusan yang hikmat, sederhana namun amat sangat personal dan hangat sifatnya bagi mahasiswa program Magister Air and Space Law. Siang itu, telah lulus 20 Mahasiswa yang berasal dari berbagai negara di seluruh dunia.
Program ini pada awalnya tercatat tidak kurang dari 600 orang calon yang mendaftar, berasal dari seantero jagad dan hanya 21 orang yang berhasil lulus tes masuk dan 20 orang yang kemudian berhasil sukses menyelesaikan program Magister Air and Space Law.
Upacara wisuda itu dipimpin langsung oleh Professor Pablo Mendes de Leon, guru besar Hukum Udara dan Ruang Angkasa dan Direktur International Institute of Air and Space Law bersama dengan Professor Tanja Masson Zwaan, Deputy Direktur International Institute of Air and Space Law.
Para lulusan dipanggil satu persatu kedepan dan diberikan catatan penting atas prestasi yang telah berhasil diraih selama menempuh pelajaran di Leiden sekaligus disampaikan pesan pribadi yang sangat khusus bagi mereka agar dapat lebih mudah mencapai kesuksesan dalam menempuh karier masing-masing.
Diantara lulusan yang telah sukses menyelesaikan studi dengan baik dalam kesempatan itu adalah seorang peserta dari Indonesia, Mayor (Angkatan Udara) Mahendra.
Yang menarik adalah tesis yang dipilih oleh Mahendra yaitu tentang Civil – Military Coordination in Aviation. Sebuah topik yang sangat menarik dalam dunia penerbangan dan tengah mencuat pasca kejadian 911 di tahun 2001.
Amerika Serikat dan beberapa negara di dunia termasuk Australia setelah kejadian 911 yang sangat tragis itu telah membenahi dunia penerbangan nasional masing-masing dengan menyempurnakan sistem pengaturan lalulintas udaranya.
Salah satu langkah pencegahan terhadap kemungkinan serangan teroris di dalam negeri mereka membangun ulang tata kelola lalulintas udara dengan memadukan manajemen penerbangan sipil dan militer.
Badan yang dikenal dengan Civil Military Air Traffic Flow Managament System itu di operasikan untuk meningkatkan elemen National Security dalam penyelenggaraan penerbangan sipil komersial yang ternyata telah dapat dengan mudah digunakan oleh pihak teroris dalam menjalankan aksinya seperti pada tragedi 911 di Amerika Serikat.
Sebuah topik yang sangat menarik perhatian, karena harus diakui bahwa di Indonesia faktor National Security dalam aspek penerbangan sipil komersial di dalam negeri dan juga kegiatan penerbangan yang berkait dengan pertahanan keamanan negara masih sangat kurang memperoleh perhatian.
Banyak sekali contoh dalam hal ini antara lain mengenai pengelolaan wilayah udara kedaulatan di kawasan selat Malaka dan penyelenggaraan moda perhubungan udara yang tengah menghadapi berbagai tantangan terutama dalam sinkronisasi aktifitas penerbangan sipil dan militer.
Besar harapan kedepan Indonesia akan dapat segera mengatasi banyak permasalahan penerbangan dengan bertambahnya para ahli anak bangsa dalam bidang kedirgantaraan.
Mayor Mahendra adalah salah satunya.
Selamat dan Sukses Mayor Mahendra, semoga Indonesia dapat segera Berjaya di Udara.
Nenek Moyangku Orang Pelaut, anak cucuku Insan Dirgantara!
KOMENTAR ANDA