Militer Thailand tampaknya ingin memodernisasi kekuatan udaranya. Hal ini terlihat dengan pembelian 8 unit helikopter serang Boeing AH-6i dari Amerika Serikat dan sejumlah peralatan tempur canggih lainnya.
Dana yang dikucurkan untuk memperkuat armada Thailand tak bisa dibilang kecil. Sekitar 400 juta dolar AS atau Rp 5,6 triliun (kurs: Rp 14.141/dolar AS) rela Negeri Gajah Putih itu gelontorkan untuk program ini.
"Helikopter AH-6i ini akan menggantikan armada tua Royal Thai Army (RTA) yang terdiri dari tujuh helikopter Cobra AH-1F," demikian pernyataan Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS (DSCA), Selasa (24/9) seperti yang dikutip dari The Defense Post.
Lebih lanjut, DSCA mengungkapkan penjualan ini juga bertujuan untuk mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan membantu meningkatkan keamanan sekutu non-NATO, utamanya di wilayah Indo-Pasifik.
Nantinya RTA akan menggunakan AH-6i untuk melakukan pengintaian serangan ringan jarak dekat ke pasukan operasi khusus, tentara infanteri Stryker, dan penjaga perbatasan.
AH-6i pada awalnya helikopter serang/pengintai ringan yang dikenal dengan Little Bird. Helikopter ini pertama kali terbang pada 1963 dan sempat berganti nama setelah pada 1984 dibeli oleh McDonnell Douglas. Pada 1997, McDonnell Douglas melakukan merger dengan Boeing.
Selain 8 unit AH-6i, Thailand juga diketahui memesan 10 unit M299 Longbow Hellfire, 50 unit rudal Hellfire AGM-114R, 10 peluncur roket M260, dan 200 roket berpemandu Advanced Precision Kill Weapon System (APKWS). Perkiraan total biaya program modernisasi ini adalah 400 juta dolar AS dengan kontraktor utamanya adalah Boeing.
KOMENTAR ANDA