Panel regulator Amerika Serikat memanggil seorang perwakilan insinyur perusahaan raksasa Boeing Co. untuk memberikan laporan terkait standar sistem keselamatan 737 MAX.
Pemanggilan tersebut dilakukan setelah adanya laporan pekerja yang mengeluh etika internal pada keselamatan 737 MAX, seperti dimuat Reuters, Kamis (3/10).
Ketika ditanyai oleh panel, insinyur yang bekerja pada instrumen dan kontrol kokpit itu mengatakan Boeing menolak sistem keselamatan dengan meminimalkan biaya selama pengembangan 737 MAX tahun ini.
Lebih lanjut, insinyur itu mengatakan sistem keselamatan yang sudah diterapan seharusnya mengurangi risiko kecelakaan fatal seperti yang terjadi di Ethiopia dan Indonesia.
"Semua informasi ini sangat penting untuk dimiliki saat kami mempersiapkan sidang Komite 30 Oktober mendatang," kata Ketua DPR AS untuk Komite Transportasi dan Infrastruktur, Peter DeFazio.
Dalam sidang tersebut, kata dia, akan memperdengarkan pernyataan dari CEO Boeing, Kepala Insinyur Boeing, dan Kepala Pilot 737.
Menurut DeFazio, komite telah meneliti ratusan ribu halaman dokumen dan email dari Boeing dan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA).
Dari laporan Seattle Times, Rabu (2/10), pada 2014 Boeing membujuk FAA melonggarkan standar keselamatan 737 MAX yang baru, khususnya terkait peringatan kokpit yang akan muncul ketika terjadi kesalahan dalam penerbangan.
Dalam laporan tersebut, FAA mengeluarkan empat klausul sebagai prasyarat agar 737 MAX menghindari upgrade lengkap sistem peringatan awak pesawat yang kemungkinan akan menelan biaya lebih dari 10 miliar dolar AS atau setara Rp 141 triliun (kurs: Rp 14.147/dolar AS).
Boeing dan FAA menolak merespons laporan Seattle Times.
"Laporan-laporan ini tentu menambah kekhawatiran saya bahwa tekanan produksi mungkin berdampak pada keselamatan 737 MAX, itulah mengapa sangat kritis sehingga kita sampai pada bagian ini," kata DeFazio.
KOMENTAR ANDA