MENAKJUBKAN, semangat belajar tanpa henti Kepala BPK 2009-2014 penerima anugrah Bintang Mahaputra, Hadi Poernomo pada usia 72 tahun masih bersemangat menempuh program doktoral dengan penelitian tentang teori paradigma mahakarya Thomas Samuel Kuhn.
Struktur Revolusi Saintifik
Kuhn meraih gelar doktor untuk bidang sejarah ilmu pengetahuan dari Universitas Harvard sebelum kemudian mengajar epistemologi di Harvard, Berkeley, Princeton dan MIT.
Buku pertama Kuhn berjudul "The Copernican Revolution" menerawang pengembangan teori heliosentrik tata alam semesta pada masa Renaisans. Di dalam buku legendaris "The Structure of Scientific Revolutions", Kuhn mulai meyakini bahwa pemikiran saintifik dibentuk oleh apa yang disebut sebagai paradigma atau konsep Weltanschauung terdiri dari teori formal, empirikal klasik, serta metode yang telah disepakati untuk dipercaya namun niscaya berubah selaras cetirus paribus.
Pada lazimnya para ilmuwan menerima paradigma yang sudah eksis kemudian mencoba mengembangkannya demi menyempurnakan teori, memperjelas data enigmatik, serta menerapkan kaidah lebih akurat tentang standard dan fenomena.
Upaya kritik diri sendiri para saintis kerap kali merangsang problematika teori atau anomali eksperimental mengekspos inadekuasi paradigma yang saling kontradiksi satu dengan lain-lainnya Akumulasi problematika paradigma kritis terhadap diri sendiri memicu revolusi intelektual mengganti paradigma lama dengan paradigma baru.
Sejarah sains membuktikan kosmologi Ptolemaik diganti dengan helioenstrik Kopernika dan teori kuantum fisik dan relativitas menggeser teori mekanikal Newton. Sementara Bertrand Russel terus menerus tanpa henti melakukan mawas, kritik dan koreksi terhadap pemikiran dirinya sendiri. Konsep paradigma Kuhn kemudian merambah masuk ke ranah ilmu politik, sosiologi, ekonomi, bahkan ilmu manajemen bisnis.
Kelirumologi
Sukma dasar kelirumologi yang menyadari fakta ketidaksempurnaan manusia maka justru menjadi enerji penggerak peradaban umat manusia untuk senantiasa tanpa henti berupaya mengritik serta mengoreksi diri sendiri, pada hakikatnya seirama-senada serta seiring-sejalan dengan sukma dasar pemikiran Kuhn tentang apa yang disebutnya sebagai konsep pergeseran paradigma.
Yang Maha Kuasa menciptakan manusia dalam kondisi tidak sempurna justru agar manusia dalam perjalanan hidupnya senantiasa wajib mawas diri demi koreksi diri agar niscaya terus menerus tanpa henti selama hayat masih dikandung badan berjuang mendekatkan diri ke arah kesempurnaan.
Semangat menyempurnakan diri tanpa henti demi terus-menerus berjuang mendekatkan diri ke arah kesempurnaan tampaknya dimiliki oleh Hadi Poernomo yang pada usia cukup lanjut masih terus menerus tanpa henti belajar, belajar, dan belajar.
Sementara saya mempelajari apa yang disebut sebagai kemanusiaan, Hadi Poernomo mempelajari apa yang disebut sebagai teori paradigma mahakarya Thomas Samuel Kuhn. Selamat berjuang terus-menerus tanpa henti mendekatkan diri ke arah kesempurnaan, pak Hadi Poernomo!
Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi dan Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.
KOMENTAR ANDA