post image
Mantan Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Jim Hall/Net
KOMENTAR

 Persoalan yang menimpa Boeing 737 Max tak sepenuhnya rampung meski CEO Dennis Muilenburg telah mengakui kesalahannya. Karena ada pihak lain yang dinilai harus ikut bertanggung jawab atas tewasnya 346 korban dalam dua kecelakaan 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia.  

Menurut Mantan Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Jim Hall, Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) juga memiliki "peranan" dalam kecelakaan yang dialami Boeing 737 MAX. Karena FAA lah yang menerbitkan sertifikasi untuk 737 Max.

"FAA telah mengambil keputusan yang dibuat secara internal di Boeing, yang tidak dijawab dalam sidang kongres pekan ini. Saya pikir ini hanya menambah kekhawatiran," ujar Hall ketika ditanya perihal persolan kredibilitas sertifikasi FAA dalam diskusi interaktif yang disiarkan di CNBC TV, Jumat (1/11).
 
Hall menjelaskan, persoalan kredibilitas sertifikasi FAA sudah ada sejak lama. Pada 2013, dalam tulisannya di New York Times, Hall mengungkapkan kekhawatirannya perihal perubahan sistem Designated Engineering Representative (DER) yang menurutnya menjadi self-certification.

Perubahan itu, menurutnya, membuat pengaruh dan kontrol Boeing dalam proses sertifikasi pesawat menjadi lebih besar. Bahkan Boeing dapat memutuskan apa saja yang dapat diinformasikan dan tidak kepada publik.

Atas kekhawatirannya ini, Hall telah melapor ke FAA dan Boeing. Namun, yang terjadi justru di-grounded-nya Boeing 787 pada 2013. Dan sekarang, hal yang sama terjadi pada 737 MAX atau bahkan bisa terjadi terhadap pesawat-pesawat lainnya.

"Maksud saya, kita perlu meminta pertanggungjawaban atas sistem penerbangan yang banyak didelegasikan dari pemerintah ke swasta tanpa pengawasan yang telah dibayar oleh orang Amerika," tegas Hall.

Perihal pengakuan Muilenburg, Hall mengungkapkan, "Kami telah mendengar dari Boeing sejak hampir setahun bahwa mereka memiliki masalah ini dan mereka sedang mengerjakan perbaikan. Tetapi hingga hari ini belum ada perbaikan."

"Tentu tidak akan ada perbaikan sampai ada perbaikan di FAA, dan regulasi di seluruh dunia," pungkas Hall.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews