Marsekal (Purn) Chappy Hakim
Mantan KSAU dan Pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI)
SETELAH dua kecelakaan pesawat terbang Boeing 737 Max 8 Lion Air dan Ethiopian Airlines, dan pasca pengumuman laporan akhir KNKT, maka tidak dapat dihindari kemudian berkembang berita-berita yang menyudutkan Pabrik Pesawat Terbang Raksasa Boeing dan juga pihak Otoritas Penerbangan Amerika Federal Aviation Administration FAA.
Berita yang simpang siur menjadi agak sulit dicerna, karena disamping menguraikan hal yang sangat teknis bidang penerbangan, juga terlihat bercampur baur dengan adanya unsur-unsur persaingan bisnis dan politis yang menyertainya. Apapun itu, akan tetapi berita yang beredar dapat dipastikan sudah sangat mengganggu reputasi Boeing dan FAA yang selama ini kredibilitasnya sangat terjaga.
Pabrik pesawat penyandang nama besar dalam dunia penerbangan sipil komersial dan otoritas penerbangan terpercaya tingkat global kini tersudut dengan banyak tuduhan yang dialamatkan pada keduanya , bahkan sudah dengan atribut sinis “profit before safety”.
Pertengahan menjelang akhir bulan November 2019 saya pribadi, yang diposisikan sebagai Aviation Safety Expert telah di undang oleh pihak Pabrik Boeing untuk menyaksikan sendiri tentang bagaimana Pabrik Pesawat terbang Boeing tengah dalam proses melakukan perbaikan dan penyempurnaan Boeing 737 Max 8 pasca dua kecelakaan fatal yang telah merengut ratusan jiwa manusia di Indonesia dan Ethiopia.
Menyaksikan paparan tentang hal teknis yang telah dilakukan dan mengikuti sesi demo di simulator serta sejumlah penjelasan dari penyempurnaan prosedur latihan penyesuaian terbang di pesawat Boeing 737 Max 8 kelihatannya pihak pabrik telah melakukan berbagai upaya perbaikan serius untuk dapat mengembalikan kepercayaan dunia terhadap produknya yang sejauh ini memang dapat diandalkan terutama pada aspek yang sering disebut dalam jargon populer “Safety is the first priority”.
Patut dicatat dalam perkembangannya kemudian memang menjadi tidak mudah bagi Boeing untuk meraih kepercayaan itu kembali.
Walau pihak Boeing telah merencanakan pada bulan Januari 2020 mendatang Boeing 737 Max 8 sudah akan dapat terbang operasional kembali, namun semua pihak kelihatannya masih akan menunggu apa yang akan diputuskan oleh FAA dan otoritas penerbangan Eropa EASA dalam menyikapi proses perbaikan yang telah dilakukan oleh Pabrik Boeing tersebut.
Bagaimana dengan Garuda dan Lion Air sebagai pengguna pesawat terbang Boeing 737 Max 8?
Sementara itu , bagi otoritas penerbangan Indonesia sendiri Menteri Perhubungan dengan sangat jelas menyatakan atas pertanyaan wartawan bahwa Indonesia akan menunggu perkembangan lebih lanjut dari otoritas penerbangan Amerika Serikat FAA dalam kasus B-737 Max 8 itu.
Pada kunjungan singkat di Seattle ketika itu, saya sempat berjumpa dengan banyak teman-teman warga Indonesia yang bermukim di sana yang sebagian besar ada dan masih bekerja di Pabrik Pesawat Terbang Boeing.
Terdapat pula beberapa rekan EX IPTN yang telah survive menjalani hidup di negeri orang dengan tetap bergelut di bidang kedirgantaraan setelah mereka tidak memperoleh ruang yang cukup lagi untuk berkarya di IPTN yang kini bernama PTDI.
Terkesan dan semoga teman teman semua tetap terjaga spirit “airmindedness” dan semangat kebangsaannya dalam merambah dunia kedirgantaraan di manapun berada, Good luck.
KOMENTAR ANDA