HANYA Hanya setahun Ari Ashkara mampu bertahan sebagai pemimpin Garuda Indonesia. Ari yang sejak awal memimpin maskapai penerbangan nasional itu sudah menuai sejumlah kontroversi akhirnya dipecat karena tersangkut kasus penyelundupan motor gede Harley Davidson dan sepeda mini lipat Brompton yang merugikan keuangan negara sekitar Rp 1,5 miliar.
Pemecatan disampaikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir dalam jumpa pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kantor Menteri Keuangan, di Jakarta, hari Kamis (5/12).
Sebelum tersangkut kasus penyelunduran Harley Davidson dan Brompton, sejumlah kasus lain juga harus dihadapi Ari Ashkara. Dari semua itu, yang paling fenomenal dan kontroversial adalah kasus rekayasa laporan keuangan Garuda Indonesia pada RUPS yang digelar April 2018 lalu.
Di bulan November 2018, Ari menandatangani kerjasama dengan Mahata Aero Teknologi, sebuah startup yang disebutkan memiliki kemampuan menyediakan jaringan internet dan wifi dalam penerbangan. Mahata mendapat hak untuk mengelola wifi pada anak perusahaan Garuda, Citilink.
Nilai kerjasama iti sebesar Rp 3,36 triliun dengan kurs Rp 14 ribu per dolar AS. Menjadi tidak biasa, karena potensi keuntungan dari kerjasama selama 15 tahun itu dimasukkan ke dalam pembukuan Garuda Indonesia sebagai keuntungan.
Ekonom Rizal Ramli masih mengingat skandal itu. Dia termasuk yang mengkritik dan sejak awal mengatakan bahwa ada rekayasa yang sedemikian rupa di balik catatan keuntungan Garuda itu.
Namun tak sedikit para pembela Garuda ketika itu, termasuk di antara mereka pihak-pihak yang disebut sebagai ahli, menyerang balik Rizal Ramli.
Setelah kasus penyelundupan Harley Davidson dan Brompton ini terkuak, dan setelah Ari Ashkara dipecat, Rizal Ramli kembali buka suara.
Dia mengingatkan kasus rekayasa dalam laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
“Rekaya untung abal-abal,” itu istilah yang digunakan Rizal Ramli.
“Setahun yang lalu, waktu saya ungkapkan rekayasa untung abal-abal laporan keuangan Garuda, banyak so called ‘ahli’ memberi justifikasi ‘pseudo-ilmiah’ bahwa itu ‘wajar’. Kriminal kok wajar?” demikian Rizal Ramli, Jumat (6/12).
KOMENTAR ANDA