post image
KOMENTAR

Krisis yang dihadapi oleh Boeing semakin dalam setelah perusahaan itu merilis ratusan pesan internal antara karyawan yang bekerja membuat pesawat jenis Boeing 737 MAX yang bermasalah.

Pesan-pesan itu didapatkan setelah penyelidikan internal yang dilakukan Boeing pasca dua kecalakaan fatal yang melibatkan pesawat jenis tersebut.
Dikabarkan The Guardian (Jumat, 10/1), pesan yang dikirim antara tahun 2015 dan 2018 menunjukkan sejumlah karyawan yang tidak disebutkan namanya membahas potensi implikasi fatal dari pekerjaan di bawah standar pada proyek 737 Max.

Dalam sebuah pesan pada tahun 2018, seseorang menyebut bahwa tidak banyak dari mereka yang tertarik pada kebenaran akan pesawat tersebut.

"Apakah Anda akan menempatkan keluarga Anda di pesawat terbang yang terlatih dengan simulator MAX? Saya tidak mau," kata salah seorang karyawan.

Karyawan lainnya menjawab: "Tidak".

Sementara itu dalam pesan instan yang dikirim pada bulan April 2017, seorang karyawan mengeluhkan teknologi manajemen penerbangan MAX.

"Pesawat ini dirancang oleh badut yang pada gilirannya diawasi oleh monyet," kata karyawan tersebut.

Para karyawan juga menyebut bahwa pesawat itu adalah desain yang buruk dan mendesak.

"Mari kita tambal perahu bocor," kata karyawan itu.

Mengacu pada Otoritas Penerbangan Federal, regulator Amerika Serikat yang mensertifikasi pesawat itu aman untuk terbang, pesan lain mengatakan, "Saya akan terkejut jika FAA meloloskan kotoran ini".

Seorang karyawan berkata pada tahun 2018, "Saya masih belum diampuni oleh Tuhan karena menutupi yang saya lakukan tahun lalu".

Menanggapi pesan-pesan internal itu, pihak Boeing mengatakan bahwa hal itu tidak dapat diterima.

Diketahui bahwa sebanyak 346 orang kehilangan nyawa dalam dua kecalakaan 737 kecelakaan Max di Indonesia dan Ethiopia. Para peneliti menyebut bahwa kecelakaan disebabkan oleh elemen baru dari sistem kontrol penerbangan otomatis atau MCAS.

Sistem ini dirancang untuk mengimbangi pemasangan mesin yang lebih berat dengan memastikan bahwa hidung pesawat akan otomatis turun untuk menghindari kemacetan. Sebagai gantinya, sistem memainkan peran sentral dalam kecelakaan yang melibatkan pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines yang jatuh dengan melakukan tindakan sesaat setelah pesawat lepas landas


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews