Pihak militer Iran menyebut gangguan komunikasi telah membuat mereka secara tak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina karena mengiranya sebagai target musuh. Operator rudal terpaksa memutuskan sendiri untuk menembakkan rudal tersebut.
Stasiun televisi setempat menyiarkan pernyataan komandan dirgantara Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh yang menyebut operator rudal terpaksa menembakkan rudal itu secara independen karena adanya gangguan komunikasi.
Komandan Garda Revolusi itu mengungkapkan, personel militer yang menjadi operator rudal itu keliru mengira pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina sebagai "rudal jelajah". Dia hanya punya waktu sepuluh detik untuk memutuskan apakah akan menembakkan rudal atau tidak. Karena gangguan komunikasi, ia pun memilih menembakkan rudal.
Hajizadeh pun menyatakan dirinya menerima tanggung jawab penuh atas insiden yang menewaskan 176 orang.
"Saya menerima tanggung jawab penuh dan saya akan mematuhi keputusan apa pun yang diambil," ujar Hajizadeh. "Saya lebih memilih mati daripada menyaksikan kejadian seperti itu," imbuhnya.
Pengakuan militer Iran mengenai penembakan pesawat sipil Ukraina itu disampaikan hari ini, Sabtu (11/1), setelah pemerintah Iran berulang kali membantah tuduhan negara-negara Barat.
Pesawat penumpang tersebut ditembak jatuh beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik ke dua pangkalan militer di Irak yang menjadi markas pasukan Amerika Serikat. Serangan rudal itu sebagai pembalasan atas tewasnya jenderal Iran, Qassem Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad, Irak.
Pesawat diketahui membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat. Semuanya dipastikan tewas. Data dari otoritas setempat menyebut pesawat itu membawa 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman dan tiga warga Inggris.
KOMENTAR ANDA