Kasus dugaan suap yang dilakukan oleh perusahaan pesawat raksasa asal Eropa, Airbus terhadap maskapai swasta terbesar di Malaysia berujung pada pengunduran diri dari sang CEO AirAsia Group, Tony Fernandes dan Kepala Perusahaan, Kamarudin Meranun.
Keduanya diketahui mundur pada Senin (3/2) dari jabatannya. Mundurnya Tony Fernandes dan anak buahnya setidaknya selama dua bulan atau ketika penyelidikan mengenai kasus suap senilai 50 juta dolar Amerika Serikat atau setara Rp 685 miliar (Rp 13.718/dolar AS) berlangsung.
Kendati begitu, dalam keterangan yang disampaikan oleh AirAsia Group, keduanya masih akan tetap menjadi penasihat perusahaan mengingat keadaan ekonomi yang sulit bagi maskapai bertarif rendah tersebut.
Dimuat Reuters, seorang pejabat eksekutif perusahaan bernama Tharumalingan Kanagalingam akan menjadi pelaksana tugas Direktur Eksekutif dengan yang secara efektif akan bertugas dengan segera.
Di sisi lain, Fernandes dan Kamarudin dalam penyataan bersama membantah tudingan mendapatkan suap.
"Kami tidak akan merugikan perusahaan yang sepanjang hidup kami habiskan untuk membangun status global mereka saat ini," kata mereka.
Isu suap yang dilakukan oleh Airbus terhadap AirAsia sendiri muncul pada Jumat (31/1) dari laporan badan anti-rasuah Inggris, Serious Fraud Office (SFO). Setelah ada laporan tersebut, Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) juga langsung melakukan penyelidikan.
AirAsia sendiri mengaku tidak pernah membuat keputusan berdasarkan sponsor dari Airbus.
Adapun dugaan suap itu mulai tercium dalam kesepakatan perang dagang senilai 4 miliar dolar AS atau Rp 54,8 triliun yang disetujui Airbus dengan Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Di mana jaksa mengatakan Airbus telah menyuap pejabat publik di seluruh dunia.
Sementara itu, dalam laporan SFO, ada perjanjian sponsor pada 2012 antara tim balap Caterham Formula 1 yang sekarang tidak berfungsi, yang didirikan oleh Fernandes, dan induk Airbus saat itu, EADS (European Aeronautic Defence and Space).
Lebih lanjut, SFO juga mengungkapkan antara Oktober 2013 dan Januari 2015, EADS membayar Rp 685 miliar untuk mensponsori tim olahraga yang dimiliki bersama oleh dua orang yang digambarkan sebagai AirAsia Eksekutif 1 dan Eksekutif 2.
Juga dilaporkan bahwa karyawan Airbus menawarkan tambahan sponsor sebesar 55 juta dolar AS atau Rp 754 miliar. Meski ternyata tidak ada bukti atas pembayaran tambahan ini.
Pada 2011, Fernandes dan Kamarudin diketahui membeli Caterham. Dan sejak itu, AirAsi Group memiliki 180 pesawat Airbus.
Setelah laporan SFO, saham AirAsia dan AirAsia X anjlok. Saham AirAsia turun sebanyak 11 persen atau level terendah sejak Mei 2016. Sedangkan AirAsia X turun 12 persen atau level terendah sepanjang hidupnya.
KOMENTAR ANDA