post image
Maskapai penerbangan berbendera Australia, Qantas/Net
KOMENTAR

Maskapai penerbangan berbendera Australia, Qantas memangkas kapasitas penerbangan internasionalnya sebesar 90 persen dan penerbangan domestik sebesar 60 persen. Langkah ini diambil di tengah pandemi virus corona yang terjadi di lebih dari 100 negara dan wilayah di dunia saat ini.

Meningkatnya kasus infeksi virus corona atau Covid-19 di banyak negara saat ini menyebabkan banyak negara dan wilayah menerapkan larangan perjalanan. Hal itu jelas berdampak pada industri penerbangan.

Pihak Qantas sendiri memastikan bahwa pengurangan jadwal penerbangan tersebut dilakukan sejalan dengan penurunan permintaan. Langkah itu akan diberlakukan Qantas setidaknya hingga akhir Mei mendatang.

Akibat dari pengurangan penerbangan itu, maka sekitar 30 ribu staf Qantas dan maskapai penerbangan hematnya, Jetstar akan terkena dampak.

"Ini mewakili landasan sekitar 150 pesawat, termasuk hampir semua armada berbadan lebar kelompok itu," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan (Selasa, 17/3).

Sementara itu para pelancong yang terpaksa membatalkan pemesanan tiket akan diberikan voucher kredit, tetapi bukan pengembalian uang.

Qantas sendiri sebelumnya telah memotong penerbangan internasionalnya sekitar 25 persen minggu lalu.

Sejak itu, Australia, Amerika Serikat dan banyak negara lain telah memberlakukan pembatasan dan larangan ketat terhadap pengunjung internasional dalam upaya memperlambat penyebaran virus corona.

CEO Qantas Alan Joyce pada waktu itu juga mengatakan dia akan memberikan gajinya untuk sisa tahun keuangan, yang berakhir 30 Juni ini.

Joyce sendiri diketahui adalah CEO dengan bayaran tertinggi di Australia dengan bayaran 24 juta dolar Australia pada tahun keuangan 2018.

Analis pasar percaya banyak maskapai penerbangan bisa gulung tikar karena krisis tahun ini.

"Pada akhir Mei 2020, sebagian besar maskapai penerbangan di dunia akan bangkrut," kata perusahaan intelijen pasar CAPA dalam sebuah peringatan keras awal pekan ini, seperti dimuat Channel News Asia.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews