post image
Jet pribadi/Net
KOMENTAR

Amerika Serikat diprediksi bisa menjadi pusat penyebaran infeksi baru di dunia yang mungkin menggantikan China.

Dengan banyaknya kasus corona atau Covid-19 saat ini di negeri Paman Sam dan lonjakan kasus baru yang terus terjadi, hal tersebut bukan lah tidak mungkin.

Sementara itu, di China yang menjadi pusat penyebaran virus pertama, kondisi sudah mulai stabil. Kota Wuhan bahkan sudah melonggarkan pembatasannya.

Alhasil, banyak pelajar dari China di AS yang berebut ingin pulang.

Bagi pelajar dari keluarga yang kaya, mereka rela merogoh kocek puluhan ribu dolar untuk menyewa sebuah tempat duduk di jet pribadi untuk pulang ke China.

Seperti halnya seorang pengacara di Shanghai, Jeff Gong yang mengatakan putrinya yang bersekolah di Wisconsin meminta 25.460 dolar AS atau setara dengan Rp 413 juta (Rp 16.227/dolar AS) untuk uang saku dan tiket pulang.

"Putri saya memohon untuk membawanya pulang. Dia berkata, 'Tidak, saya tidak ingin uang, saya ingin pulang'," kata Gong seperti dimuat CNA.

Selain karena kasus corona di AS sudah menembus angka lebih dari 50 ribu, keinginan para pelajar untuk pulang juga diperparah dengan pengurangan secara dramatis kapasitas penerbangan.

Di mana pada Selasa (24/3), sebanyak 3.102 dari 3.800 penerbangan komersial ke dan dari China dibatalkan.

"Agen (sekolah) melakukan kontak atas nama keluarga China yang ingin memesan pesawat pribadi, mengingat kurangnya penerbangan maskapai," ujar Direktur Komersial Private Fly, Annelies Gracia.

Namun, saat ini Beijing sendiri telah melarang semua penerbangan charter. Shanghai juga diperkirakan akan menyusul.

Sementara itu, Air Charter Service yang berbasis di AS sendiri masih membuka layanan sewa untuk Bombardier 6000 dengan 14 kursi. Di mana satu kursi dihargai 23 ribu dolar AS atau setara dengan Rp 373 juta.

"Kami telah mengatur sejumlah jet pribadi yang melakukan perjalanan dari AS ke China untuk memulangkan warga negara China dengan rute termasuk New York dan Boston ke Shanghai, San Jose ke Hong Kong dan Los Angeles ke Guangzhou," kata seorang PR Air Charter Service, Glenn Phillips.

"Kisaran harga sangat tergantung pada posisi pesawat pada tanggal dan waktu yang diminta, dan rute yang tepat," tambahnya.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews