Maskapai penerbangan bertarif rendah, EasyJet, dikabarkan berencana memangkas hingga 30 persen karyawannya untuk menghemat biaya karena krisis akibat pandemik Covid-19.
Itu artinya, sebanyak 4.500 hingga 15.000 karyawannya diperkirakan akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa hari mendatang.
Kepala Eksekutif EasyJet, Johan Lundgren, mengatakan maskapai ingin berfokus untuk melakukan apa yang benar bagi perusahaan dan kesehatan serta keberhasilan jangka panjang.
"Kami menyadari ini adalah masa yang sangat sulit dan kami harus mempertimbangkan keputusan yang sangat sulit yang akan berdampak pada orang-orang kami, tetapi kami ingin melindungi sebanyak mungkin pekerjaan untuk jangka panjang," tambahnya seperti dilansir <i>The Guardian</i>.
Selain memangkas jumlah karyawannya, EasyJet juga bermaksud untuk mengurangi biaya dengan merevisi kontrak bersama bandara, serta menilai kembali biaya pemeliharaan dan pemasaran.
Jika sesuai jadwal, EasyJet akan mulai mengudara dengan jumlah rute yang sedikit mulai 15 Juni. Meski begitu, pihak maskapai juga akan melakukan peningkatan langkah-langkah keselamatan, termasuk mewajibkan penggunaan masker.
Ada pun rute yang diperkirakan akan menjadi penerbangan pertama EasyJet di tengah pandemik Covid-19 adalah Inggris-Prancis.
Setelah 15 Juni, rute-rute lainnya akan bertambah secara perlahan seiring dengan meningkatnya permintaan jumlah penumpang dan melonggarnya kuncian di Eropa.
Sejak 30 Maret, EasyJet hanya bisa memarkirkan armadanya setelah negara-negara Eropa memberlakukan kuncian untuk menghadang penyebaran virus corona baru (Covid-19).
Walau sudah kembali mengudara, permintaan penumpang EasyJet diperkirakan hanya akan pulih 30 persen pada akhir 2020 dan baru bisa pulih sepenuhnya untuk setidaknya selama tiga tahun.
KOMENTAR ANDA