post image
Pesawat United Airlines/Net
KOMENTAR

China gentar dengan ancaman Amerika Serikat (AS) yang akan menghentikan layanan maskapainya jika maskapai negeri Paman Sam tidak mendapatkan izin untuk beroperasi di sana.

Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) dalam pernyataannya pada Kamis (4/6) mengungkapkan, pihaknya akan melonggarkan pembatasan agar lebih banyak maskapai asing yang bisa beroperasi di China.

Nantinya, makapai asing yang memenuhi syarat akan diizinkan untuk terbang ke China sekali dalam sepekan mulai Senin (8/6). Namun, kota yang dituju akan dipilih oleh pihak CAAC, melansir <i>CNA</i>.

Sebelumnya, sejak akhir Maret, CAAC sudah memangkas penerbangan internasional seiring dengan menyebarnya infeksi virus corona baru (Covid-19).

Kebijakan tersebut disebut "Five One", di mana maskapai China hanya bisa melakukan satu jadwal penerbangan dalam sepekan ke satu rute negara mana saja. Sementara maskapai asing juga hanya diizinkan untuk mengoperasikan satu jadwal penerbangan selama sepekan ke kota di China.

Ketika kebijakan tersebut dikeluarkan pada 12 Maret, maskapai AS sudah menghentikan semua penerbangannya ke dan dari China.

Namun pada Mei, maskapai AS, United dan Delta, meminta izin CAAC untuk mulai beroperasi ke China. Sesuai dengan kebijakan 12 Maret, CAAC tidak memberikan izin tersebut.

Penolakan tersebut akhirnya membuat pemerintahan Presiden Donald Trump geram. Sehingga pada Rabu (3/6), pemerintah AS menetapkan akan menangguhkan maskapai penerbangan China mulai 16 Juni.

Guna memenuhi permintaan AS, CAAC kemudian menyatakan semua maskapai perbangan akan diizinkan untuk meningkatkan jumlah penerbangan internasional dua kali sepekan, dengan syarakat tidak ada penumpang mereka yang dinyatakan positif Covid-19 dalam tiga pekan.

"Jka lima atau lebih penumpang dalam satu tes penerbangan positif Covid-19 pada saat kedatangan, CAAC akan melarang maskapai beroperasi selama sepekan," demikian bunyi keterangan CAAC.

Sementara itu, jika ada 10 atau lebih penumpang yang dinyatakan positif Covid-19 ketika tiba di China, maka maskapai akan ditangguhkan selama sebulan dari layanan.

Wakil direktur CAAC, Li Jian, mengatakan, pihaknya memang sedang mempertimbangkan peningkatan penerbangan internasional, setelah kritik publik terhadap kebijakan "Five One". Kebijakan tersebut juga menyebabkan harga tiket menjadi mahal bagi banyak orang China yang terdampar di luar negeri.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews