Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengungkap, jumlah keseluruhan hulu ledak nuklir di dunia pada 2019 sudah berkurang karena Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang melakukan perjanjian kontrol senjata.
Tetapi, lembaga think tank tersebut juga menyebut, negara-negara kekuatan nuklir, termasuk Rusia dan AS, terus melakukan modernisasi senjata mereka.
Pernyataan SIPRI sendiri berdasarkan laporan tahunan terkait pelucutan senjata yang dirilis pada Senin (15/6).
"Penurunan jumlah keseluruhan senjata nuklir di dunia pada 2019 sebagian besar disebabkan oleh pembongkaran senjata nuklir pensiunan oleh Rusia dan Amerika Serikat (AS), yang bersama-sama masih memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir global," ujar SIPRI, seperti dikutip dari <i>Sputnik</i>.
"Meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah hulu ledak nuklir pada tahun 2019, semua negara pemilik senjata nuklir terus memodernisasi persenjataan nuklir mereka," imbuhnya.
Berdasarkan data yang disajikan dalam laporan tersebut, SIPRI memperkirakan, pada akhir 2019, sembilan negara kekuatan nuklir memiliki total 13.400 hulu ledak. Angka tersebut turun dari tahun sebelumnya sebanyak 14.465.
Pengurangan hulu ledak nuklir sendiri dipengaruhi oleh perjanjian nuklir New START antara Rusia dan AS, yang diperkirakan tidak akan diperpanjang.
Dari data SIPRI, Rusia memiliki hulu ledak terbanyak dengan 6.735 buah dengan 1.570 yang aktif. Setelah itu ada AS dengan 5.800 hulu ledak dengan 1.750 yang aktif.
Seperti dilansir dari <i>Defense News</i>, baik Rusia dan AS terus memodernisasi senjata nuklilrnya. Misalnya pada awal tahun ini, Pentagon untuk pertama kalinya mengerahkan W76-2, hulu ledak nuklir pada peluncur kapal selam Trindent, dan tengah mengembangkan desain terbaru yang dikenal dengan W93.
Rusia juga dengan terbuka tengah mengembangkan senjata hipersoniknya.
Meski begitu, SIPRI juga melaporkan, bukan hanya Rusia dan AS yang mengembangkan senjata nuklir mereka.
China juga ikut melakukan pengembangan senjata nuklirnya, termasuk menciptakan pesawat terbang berkekuatan nuklir.
"India dan Pakistan perlahan-lahan meningkatkan ukuran dan keragaman pasukan nuklir mereka, sementara Korea Utara terus memprioritaskan program nuklir militernya sebagai elemen utama dari strategi keamanan nasionalnya," lanjut SIPRI.
Menurut data, China memiliki 320 hulu ledak. Prancis memiliki 290 dengan 280 yang dikerahkan. Inggris memiliki 250 dengan 120 yang dikerahkan.
Sementara itu, Pakistan memiliki 160 hulu ledak, India sebanyak 150, Israel sebanyak 90, dan Korea Utara sebanyak sekitar 30 hingga 40.
KOMENTAR ANDA