Maskapai berbendera Prancis, Air France, menjadi yang kesekian yang terpaksa melakukan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) karena terhantam oleh pandemik Covid-19.
Dari laporan media lokal, Air France dikabarkan akan memangkas 7.515 karyawan. Hal tersebut pun sudah dikonfirmasi oleh Menteri Negara Transportasi, Jean-Batiste Djebbari pada Rabu (1/7), melansir <i>Bernama</i>.
Secara rinci, maskapai tersebut berencana untuk memecat 430 pilot, 1.560 pramugari, dan lebih dari 4.500 staf darat. Termasuk 1.025 pekerjaan di perusahaan penerbangan domestiknya.
Media lokal bahkan menyebut, AirFrance akan memangkas sebesar 40 persen dari tenaga kerjanya pada 2022 karena hancurnya penerbangan internasional.
"Memang, angka-angka ini disajikan kemarin dalam pertemuan luar biasa perusahaan. Angka-angka ini sangat tergantung pada perangkat perusahaan dan dimulainya kembali lalu lintas," jelas Djebbari.
Air France-KLM Group adalah perusahaan multinasional Prancis-Belanda. Prancis sendiri memiliki 14,3 persen saham di sana. Pemerintah juga telah menyerukan kepada pejabat eksekutif maskapai untuk mengurangi redudansi paksa sebanyak mungkin dengan mendukung keberangkatan sukarela.
Contohnya pada April, pemerintah Prancis menawarkan paket bantuan sebesar 7 miliar euro untuk menyelamatkan Air France, yang pesawatnya telah di-grounded oleh penguncian virus di seluruh dunia.
Dalam data lalu lintas terakhir yang dipublikasikan, Air France mengalami penurunan 52,5 persen dalam pendapatannya setelah membawa 58,8 persen lebih sedikit penumpang pada Maret dibandingkan bulan yang sama pada 2019.
Meski begitu, dana bantuan tersebut tampaknya tidak bisa membantu AirFrance untuk bisa berdiri tegak tanpa pengurangan tenaga kerja
"Ini bukan tujuh miliar, seperti yang saya dengar, untuk membayar rencana redundansi, tujuh miliar untuk dapat bertahan hidup, untuk dapat membayar upah pada akhir bulan. Air France kehilangan ratusan juta euro setiap bulan," ujar Djebbari.
KOMENTAR ANDA