post image
Pesawat AirAsia/Net
KOMENTAR

Maskapai bertarif rendah, AirAsia, mengaku sedang dalam tahap pembicaraan dengan auditor untuk mendapatkan bantuan sebesar 1 miliar ringgit atau setara dengan Rp 3,4 triliun (Rp 3.372/ringgit).

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (9/7), AirAsia mengatakan pihaknya tengah melakukan pembicaraan terkait peningkatan modal, baik itu dalam bentuk utang atau ekuitas.

"Sedang dalam diskusi berkelanjutan dengan berbagai pihak, termasuk bank, pemberi pinjaman, serta investor, yang tertarik dalam mencari hasil yang menguntungkan," papar maskapai seperti dikutip <i>CNA</i>.

AirAsia juga menyebut, beberapa lembaga keuangan mulai tertarik untuk mendukung permintaan pendanaan lebih dari 1 miliar ringgit.

Adapun CEO AirAsia, Tony Fernandes mengatakan, sebagian pendanaan merupakan pinjaman penjaminan pemerintah di bawah skema Jaminan Danajamin PRIHATIN di Malaysia.

Selain itu, cabang AirAsia Filipina dan Indonesia juga saat ini sedang menyebar aplikasi pinjaman bank untuk membantu bertahan di tengah situasi pandemik Covid-19.

Di Filipina, AirAsir sudah mengajukan pinjaman yang dijamin pemerintah berdasarkan Undang-Undang Stimulus Ekonomi Filipina (PESA). Namun hasilnya belum didapatkan.

Terlepas dari usaha mencari tambahan modal, AirAsia Group juga mulai melakukan rasionalisasi jumlah karyawan untuk operasi yang lebih ramping, mengingat menurunnya jumlah permintaan. Ditambah dengan pengurangan gaji sementara seluruh kelompok antara 15 persen dan 75 persen.

“Kami telah menerima penangguhan dari lessor yang mendukung kami dan sekarang sedang mengerjakan ekstensi lebih lanjut. Kami juga telah merestrukturisasi 70 persen kontrak lindung nilai bahan bakar kami dan terus bernegosiasi dengan rekanan pendukung kami untuk sisa paparan," jelas maskapai.

"Secara keseluruhan, kami mengharapkan setidaknya 50 persen pengurangan biaya tunai kami pada tahun 2020," imbuhnya.

Di sisi lain, Fernandes berharap dengan kelanjutan perjalanan domestik, maskapai bisa pulih dengan segera. Ia juga berharap negara-negara segera mengimplementasikan gelembung perjalanan.

AirAsia sendiri telah memulai kembali operasi domestiknya di pasar-pasar seperti Malaysia, Thailand, Indonesia, India, dan Filipina sejak akhir Mei.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews