post image
Peluncuran satelit militer Korea Selatan, Anasis-II, dengan roket Falcon 9 Block 5 buatan SpaceX di Kennedy Space Center, Florida, pada Senin, 20 Juli 2020/Yonhap
KOMENTAR

Korea Selatan meluncurkan satelit komunikasi militer pertamanya. Jika berhasil, Korea Selatan akan menjadi negara ke-10 di dunia yang memiliki satelit komunikasi khusus untuk keperluan militer.

Satelit Anasis-II dilaporkan lepas landas di atas roket Falcon 9 Block 5 buatan perusahaan milik Elon Musk, SpaceX. Peluncuran dilakukan di Kennedy Space Center, Florida pada Senin (20/7) pukul 5.30 sore waktu setempat.

Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) menyatakan, setelah berpisah dari roket, Anasis-II berhasil berkomunikasi dengan Pusat Operasi Antariksa Toulouse di Toulouse, Prancis pada pukul 7.19 malam waktu setempat.

Mengutip <i>Yonhap</i>, DAPA mengungkap, satelit diperkirakan akan berpisah dari roket 32 menit setelah peluncuran pada ketinggian sekitar 630 km di atas garis permukaan khatulistiwa. Kemudian, 18 menit setelahnya, satelit akan mencoba mengirim sinyal pertama.

Anasis-II diperkirakan baru bisa mencapai orbit 36 ribu km dalam waktu dua pekan. Jika sudah berada di orbit, Airbus Defense and Spece akan menguji fungsi dan operasibilitasnya sebelum diambil alih oleh militer Korea Selatan pada Oktober.

"Dengan keberhasilan peluncuran satelit Anasis-II, Korea Selatan sekarang dapat mengamankan satelit komunikasi militer pertamanya, yang akan menggantikan satelit Anasis-I yang digunakan untuk keperluan sipil dan militer," ujar DAPA.

Pada awalnya, Analis-II akan diluncurkan pada awal Juli. Namun terjadi ledakan sehingga SpaceX melakukan inspeksi pada perangkat kerasnya.

Adapun proyek tersebut merupakan bagian dari paket pembelian 40 jet tempur F-35A Lockheed Martin yang disepakati Korea Selatan dan Amerika Serikat pada 2014. Lockheed mensubkontrakkan perjanjian manufaktur satelit ke Airbus pada 2016.

Satelit juga dibuat dengan platform Airbus Eurostar E3000 untuk memberi komunikasi yang luas. Meski begitu, Airbus enggan memberikan rincian mengenai fitur lain dalam satelit tersebut.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews