post image
Ketua Dewan Pembina Habibie Center, Ilham Akbar Habibie/ZonaTerbang
KOMENTAR

Indonesia adalah negara kepulauan yang besar sehingga membutuhkan moda transportasi udara untuk menghubungkan pulau-pulaunya. Dengan begitu, industri kedirgantaraan menjadi sangat penting bagi Indonesia.

Ketua Dewan Pembina Habibie Center, Ilham Akbar Habibie menuturkan, titik tertinggi penumpang pesawat di Indonesia mencapai 100 juta dalam satu tahun dari total populasi yang sekitar 270 juta.

Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang menyentuh 1 miliar penumpang per tahun. Di mana populasi di sana sekitar 330 juta.

Padahal, jika berusaha untuk mencari 'panutan'. Negara yang paling mirip dengan Indonesia itu adalah Amerika.

"Contoh buat saya itu bukan Eropa, tapi Amerika. Karena Amerika punya satu situasi kondisi yang sama," terang Ilham dalam webinar bertajuk "Ekosistem Industri Dirgantara Pasca Pandemi" yang digelar Habibie Center pada Rabu (29/7).

"Negara yang sangat besar, di mana mereka sangat tergantung dengan pesawat terbang. Kebanyakan mereka tinggal di pesisir barat atau timur," sambungnya.

Jika dilihat, Amerika memang memiliki pusat populasi, yaitu satu pulau besar di tengah. Namun banyak ruang kosong yang tidak ditinggali.

"Mereka memang archipelago tapi disebutnya bukan archipelagi. Kondisinya mirip dengan kita," jelas Ilham.

Untuk itu, Ilham mengatakan, jika berusaha untuk membayangkan perkembangan industri kedirgantaraan, Indonesia harus merujuk pada Amerika, alih-alih Eropa.

Di mana Indonesia harus mempersiapkan banyak hal untuk membangun industri kedirgantaraan, mulai dari bandara, maskapai, pelatihan pilot, manufaktur, dan lain sebagainya.

Diskusi tersebut juga dihadiri oleh VP Corporate Strategy and Business Development PT GMF AeroAsia, Desrianto Adi Prayogi; Direktur Flybest Flight Academy, Karin Item; Ahli Industri Peralatan Pesawat, Richard Budihadianto; dan Asisten Deputi Bidang Industri Pertahanan dan Manufaktur Kementerian BUMN, Liliek Mayasari.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews