Industri perawatan dan perbaikan pesawat atau yang dikenal MRO (maintenance, repair, and overhaul) juga ikut terdampak pandemik Covid-19.
Ahli Industri Peralatan Pesawat, Richard Budihadianto mengatakan dampak pandemik Covid-19 telah mengacaukan dunia penerbangan. Bukan hanya sekadar maskapai, namun juga industri-industri yang berkaitan seperti MRO.
Dalam webinar bertajuk "Ekosistem Industri Dirgantara Pasca Pandemi" yang digelar Habibie Center pada Rabu (29/7), ia mengatakan, kontraksi yang dialami oleh industri MRO karena pandemik Covid-19 hampir mencapai 57 persen.
"Rencana forecast 91 miliar dolar AS, itu sekarang tinggal 43 hingga 46 miliar dolar AS. Jadi kontraksi MRO-nya saja besar," ujarnya.
Richard mengatakan, kustomer dari industri MRO adalah maskapai. Dalam kehidupan normal tanpa Covid-19, kondisi keuangan maskapai sendiri tidak mudah.
"Dia punya 3 sampai 4 bulan periode yang menghasilkan keuntungan. Sementara antara 8 bulan itu rugi dan break event," jelasnya.
Dengan adanya Covid-19, maskapai-maskapai semakin sulit untuk berjuang. Terlihat sejak awal wabah, yaitu April, sekitar sebulan setelah pandemik Covid-19 melanda Indonesia, ada 65 persen pesawat yang sudah di-grounded.
Sebagai salah satu industri MRO, PT GMF AeroAsia juga ikut merasakan betul pandemik Covid-19.
VP Corporate Strategy and Business Development PT GMF AeroAsia, Desrianto Adi Prayogi mengungkap, banyak maskapai yang justru melakukan perpanjangan pemeliharaan selama pandemik.
"Kalau orang banyak mengatakan pandemik adalah waktu yang tepat untuk memelihara pesawat. Itu tidak sesuai dengan kenyataannya," ujar Yogi.
Sebaliknya, justru banyak maskapai yang kemudian sulit melakukan pembayaran karena harus melakukan penghematan dan mengamankan dana.
Dampaknya, Yogi mengatakan, pihaknya terpaksa harus mengambil opsi tidak memperpanjang kontrak pekerja, khususnya tenaga kerja asing.
Selain Richard dan Yogi, siskusi tersebut juga dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Habibie Center, Ilham Akbar Habibie; Direktur Flybest Flight Academy, Karin Item; dan Asisten Deputi Bidang Industri Pertahanan dan Manufaktur Kementerian BUMN, Liliek Mayasari.
KOMENTAR ANDA