Sebuah pesawat charter disiapkan oleh Filipina untuk membawa kembali warganya di Lebanon yang terdampak ledakan Pelabuhan Beirut.
Departemen Luar Negeri Filipina pada Sabtu (8/8) menyatakan telah menyewa sebuah pesawat Qatar Air dengan harga 305.643 dolar AS atau setara dengan Rp 4,5 miliar (Rp 14.700/dolar AS) untuk membawa pulang warganya.
"Kedutaan Besar Filipina di Beirut sedang merundingkan dan mencairkan dananya. (Tanggal yang ditetapkan untuk) kedatangan adalah 16 Agustus," terang Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin Jr., melansir <i>Arab News</i>.
Locsin mengungkap, ada sekitar 400 warga Filipipna yang akan direpatriasi, termasuk empat jenazah yang menjadi korban tewas dalam ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8).
Berdasarkan data yang dirilis Departemen Luar Negeri, jumlah warga Filipina yang terdanmpak ledakan bertambah menjadi 48. Sebanyak 42 terluka, empat tewas, dan dua lainnya masih hilang.
"Pada penghujung hari kemarin, jumlah pekerja pengawas Filipina yang terluka mencapai 42, meningkat 11 dari laporan sebelumnya," ujar Wakil Menteri Luar Negeri untuk Pekerja Migran Sarah Lou Arriola.
Saat ini, dua korban terluka masih dalam kondisi kritis dan dirawat di Rumah Sakit Rizk.
Departemen mengungkap, pihaknya memang sudah merencanakan upaya repatriasi warga Filipina dari Lebanon, bahkan sebelum terjadinya pandemik Covid-19.
Lantaran, memburuknya situsi di Lebanon yang membuat banyak warga Filipina terdampak, khususnya dalam bidang ekonomi. Sejak Desember 2019, setidaknya ada 1.508 warga Filipina yang sudah dipulangkan dari Lebanon.
Penjemputan warga Filipina juga diputuskan oleh Presiden Rodrigo Duterte setelah mendapat desakan dari para ekspatriat di Lebanon.
Sementara itu, berdasarkan laporan awal, ledakan mematikan yang menghancurkan ibukota Beirut terjadi karena 2.750 amonium nitrat yang disimpan di hanggar pelabuhan selama bertahun-tahun.
KOMENTAR ANDA