post image
Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Habibie/Net
KOMENTAR

Industri penerbangan di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, menjadi sektor yang paling terdampak oleh pandemik Covid-19. Buruknya kondisi industri penerbangan di Indonesia bahkan membuatnya diprediksi tidak akan pulih dengan segera.

Suramnya industri penerbangan nasional terlihat dari menurunnya lalu lintas udara hingga lebih dari 80 persen. Hanya sedikit masyarakat yang berani dan mau menggunakan moda transportasi udara dengan segala persyaratannya yang ketat.

Bukan hanya itu, sektor terkait seperti wisata, mulai dari hotel hingga agensi perjalanan juga terdampak.

Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Habibie memperkirakan, industri penerbangan baru bisa pulih dari hantaman pandemik dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun ke depan.

"Keadaannya, jujur saya, parah. Orang mungkin tidak sebanyak dulu yang perlu <i>traveling</i> karena bisa diambil alih teknologi dan ketakutan terhadap Covid-19," ujar Ilham dalam diskusi daring pada Jumat (7/8).

"Dengan adanya kondisi seperti itu memang benar ada dampak dan kemungkinan, 2-3 tahun untuk kita kembali ke semula," sambungnya.

Walaupun begitu, putra Presiden RI ke-3 BJ Habibie tersebut mengaku optimis  sektor industri penerbangan tanah air akan bangkit. Meski memang ada banyak hal yang perlu dilakukan.

"Bagaimana pun kita akan pulih, tapi tidak ke keadaan semula, melainkan ada sesuatu yang baru dan di situlah peluang industri penerbangan Indonesia," paparnya.

Dengan situasi seperti saat ini, ia mengatakan, Indonesia bisa dokus untuk membuat berbagai inovasi baru di industri penerbangan. Mulai dari mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT), ekosistem, hingga teknologi.

"Ada banyak upaya material-material yang lebih ramah lingkungan, lebih <i>sustainable</i> digunakan dalam rancang bangun pesawat terbang," ujarnya.

Selain itu, ekosistem penerbangan di Indonesia belum lengkap. PT Dirgantara Indonesia yang menjadi "induk" dari industri penerbangan pun memerlukan banyak pengembangan.

Indonesia, kata Ilham, harus lebih memanfaatkan inovasi teknologi. Salah satunya bisa dengan mengubah sistem kemudi dengan mengadopsi teknologi <i>drone</i> atau pesawat tanpa awak.

Keoptimisan Ilham tersebut didasari pada kebutuhan Indonesia akan industri penerbangan. Sebagai negara kepulauan yang besar, moda transportasi udara menjadi pilihan yang sangat tepat bagi Indonesia untuk menyatukan antarpulau.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel AviaNews