post image
Pesawat-pesawat/Net
KOMENTAR

RMOL. Dunia penerbangan harus bersiap-siap menunggu lebih lama untuk bisa kembali ke kondisi normal, sebelum pandemik Covid-19 melanda. Lantaran Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebut, lalu lintas global baru bisa pulih setidaknya pada 2024.

Lambatnya penanganan pandemik dan dampaknya sangat mempengaruhi sektor penerbangan. Padahal, dalam proyeksi IATA sebelumnya, kondisi normal dalam dunia penerbangan bisa dicapai pada 2023.

"Lambatnya penanganan (wabah) menunjukkan kepada kami bahwa pemulihan (sektor penerbangan) akan memakan waktu setahun lebih lama dari yang kami perkirakan sebelumnya," ujar Direktur Jenderal IATA, Alexandre de Juniac dalam sebuah penyataan seperti yang dikutip <i>Kyodo News</i>, Minggu (16/8).

Selain merevisi target pemulihan, IATA juga mengubah kembali perkiraan jumlah penumpang global untuk 2020. Pada April, asosiasi tersebut memperkirakan jumlah penumpang global akan turun 46 persen untuk 2020, namun perkiraan tersebut kini jatuh ke angka 55 persen.

Jika dilihat dari total jarak yang diterbangkan penumpang, terjadi penurunan hingga 91 persen pada Mei dan 86,5 persen pada Juni. Anjloknya total jarak penerbangan dikarenakan banyaknya negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan untuk mengekang penyebaran virus corona.

Dari faktor muatan juga terjadi penurunan mencapai 57,6 persen untuk Juni, terendah sepanjang masa.

Alhasil, data dari IATA menunjukkan, penurunan permintaan membuat industri penerbangan kehilangan 84,3 miliar dolar AS untuk 2020 dengan perkiraan pendapatan turun sebesar 50 persen. Angka tersebut diambil dari 290 maskapai penerbangana atau sekitar 82 persen lalu lintas udara global.

Proyeksi yang lebih suram dari IATA menunjukkan betapa buruknya kondisi penerbangan saat ini. Mulai dari pemotongan perjalanan bisnis, lemahnya kepercayaan konsumen, hingga terpenting adalah lambatnya penanganan wabah di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS).

"Harapan terbaru dari <i>rebound</i> ke tingkat pra-pandemi bisa turun lebih jauh jika kita mengalami kemunduran dalam menahan virus atau menemukan vaksin," pungkas IATA.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews