post image
Pesawat Pakistan International Airlines/Net
KOMENTAR

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah meminta otoritas Pakistan untuk menangguhkan penerbitan lisensi pilot baru seiring penyelidikan skandal lisensi palsu masih dilakukan.

Dalam dokumen yang dilihat oleh <i>Reuters</i> pada Kamis (24/9), rekomendasi ICAO tersebut muncul beberapa hari setelah Pakistan membuka penyelidikan kasus tersebut pada Rabu (16/9).

Penyelidikan dilakukan terhadap 50 pilot dan lima pejabat otoritas penerbangan sipil yang diduga membantu mereka memalsukan kredensial untuk mendapatkan lisensi.

"Pakistan harus meningkatkan dan memperkuat sistem perizinannya untuk memastikan bahwa ia memperhitungkan semua proses dan prosedur yang diperlukan dan mencegah inkonsistensi dan malpraktek sebelum lisensi baru dikeluarkan," tulis ICAO dalam surat yang dikirim kepada Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan (PCAA).

Seorang pejabat kementerian penerbangan Pakistan mengatakan kepada <i>Reuters</i> bahwa pihaknya memang belum mengeluarkan izin baru sejak Juli, atau ketika skandal tersebut muncul.

ICAO sendiri dijadwalkan untuk melakukan audit pada November sehingga PCAA memiliki waktu untuk memperbaiki sistem.

Skandal lisensi palsu pilot di Pakistan muncul setelah terjadinya kecelakaan yang menimpa pesawat Pakistan International Airlines (PIA) pada Juni.

Kecelakaan tersebut membuka fakta bahwa sekitar 30 persen dari 860 pilot sipil di Pakistan mengantongi lisensi palsu. Sebanyak 262 pilot tersebut diketahui tidak mengikuti ujian untuk mendapatkan lisensi terbang. Sebagai gantinya, mereka membayar "joki" untuk mengikuti ujian itu hingga lulus.

 Temuan tersebut akhirnya membuat banyak pilot Pakistan dilarang terbang sementara. Beberapa maskapai asing yang mempekerjakan pilot Pakistan juga telah menangguhkan para pilot tersebut.

Sementara PIA sendiri dilarang terbang ke Eropa dan Amerika Serikat.

Insiden tersebut membuat Pakistan mencabut lisensi 50 pilot dan menangguhkan 32 lisensi pilot lainnya selama satu tahun.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews