Indonesia berhasil menorehkan prestasi lain di penghujung tahun 2020. Pesawat karya anak bangsa, N219, secara resmi telah memperoleh Type Certificate.
Pesawat N219 merupakan hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Type Certificate sendiri diberikan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasion Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI.
Sertifikasi diberikan setelah N219 menjalani serangkaian tes, termasuk Flight Cycle dan Flight Hours. Prototipe 1 dari N219 berhasil melakukan 250 putaran untuk Flight Cycle, dan 275 jam untuk Flight Hours. Sementara Prototipe 2 dari N219 berhasil melakukan 143 putaran untuk Flight Cycle dan 176 jam untuk Flight Hours.
"Sehingga total pesawat N219 telah menyelesaikan 393 Flight Cycle dan 451 Flight Hours dalam proses sertifikasi ini," jelas Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Gita Amperiawan pada Senin (28/12).
Menanggapi keberhasilan N219 mendapatkan Type Certificate, KSAU periode 2002-2005 Chappy Hakim memberikan apresiasinya.
"Selamat dan sukses kepada PTDI dan Lapan, beserta jajarannya. Semoga Indonesia dapat juga berjaya di dirgantara," ujar Chappy dalam Talkshow Aero Summit 2020 pada Senin.
Chappy menuturkan, industri dirgantara memang bukanlah hal yang mudah, karena memerlukan perencanaan yang matang berjangka panjang dan harus konsisten dalam pelaksanaannya di lapangan. Terlebih industri itu juga memerlukan dana yang tidak sedikit.
"Bersyukur kita telah melewati tahap sertifikasi Type Certificate pesawat buatan sendiri walau sudah tertunda beberapa kali," lanjutnya.
Meski begitu, Chappy mengingatkan, keberhasilan tersebut tidak boleh menjadikan Indonesia berpuas diri. N219, menurutnya, tidak boleh selesai pada tahap produksi, melainkan juga penjualan.
Terkait penjualan, Chappy menyoroti quality control dan ketersediaan suku cadang yang pasar tertarik. Pasalnya, kekurangan suku cadang membuat CN235 tidak bisa bertahan.
"Jangan lupa, pengalaman telah memberikan kita pelajaran yang sangat berharga untuk tidak berulang, bahwa kebanggaan kiranya tidak berhenti kepada kemampuan membuat saja, akan tetapi kita harus arahkan kebanggaan itu juga kepada proses pengendalian mutu, quality control dari out-put product dan ketersediaan suku cadang berkait jaminan 'after sales service'," tandasnya.
KOMENTAR ANDA