post image
Kapten Vincent Raditya/Repro
KOMENTAR

Proses penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan juga masih melakukan proses pencarian puing-puing pesawat.

Penyelidikan penyebab kecelakaan Sriwijaya Air sendiri diperkirakan akan memakan waktu karena perlu ketelitian dan kecermatan dalam proses analisis.

Meski begitu, publik terus bertanya-tanya perihal penyebab kecelakaan hingga memunculkan berbagai spekulasi, salah satunya terkait kesengajaan dijatuhkannya pesawat.

Mencoba menjawab pertanyaan publik, seorang pilot sekaligus vlogger, Vincent Raditya membuat sebuah percobaan sederhana menggunakan simulator Boeing 737-800 NG. Cukup berbeda dengan Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air yang jatuh, tetapi Vincent menyebut setidaknya dapat memberikan gambaran besar apa yang akan terjadi pada pesawat jika jatuh disengaja.

Percobaan sederhana Vincent sendiri dilakukang dengan Fitra Eri yang bertindak sebagai Co-Pilot dan diunggah dalam akun YouTube-nya beberapa waktu lalu.

"Banyak pertanyaan yang muncul, 'Capt, apakah mungkin apabila menerbangkan pesawat ini secara deliberately sengaja dijatuhkan, disabotasi, atau pun di hijack?'?" ujar Vincent.

"Secara teknis bisa saya sampaikan bahwa, untuk pesawat yang terbang, seakin tinggi kecepatannya, radius putarnya pun semakin besar," lanjut pilot Batik Air itu.

Dalam skenario pertama, ketika simulator pesawat berada dalam ketinggian yang mirip dengan posisi Sriwijaya Air, co-pilot berusaha melakukan sabotase dengan mematikan autopilot dan seolah menjatuhkan pesawat.

Namun skenario tersebut tidak cocok dengan situasi Sriwijaya Air karena menurut Vincent ada kapten yang akan melawan upaya co-pilot.

Sementara dalam beberapa skenario lainnya, pesawat dijatuhkan dengan sengaja dengan kecepatan Sriwijaya Air yang tercatat pada FlilghtRadar 24. Hasilnya, kecepatan tinggi justru membuat radius putar semakin besar, tidak tajam seperti yang terlihat dalam profil Sriwijaya Air sebelum hilang kontak.

Pada profil Sriwijaya Air sendiri, pesawat berbelok 70 derajat yang jika disengaja akan membutuhkan waktu cukup panjang untuk mencapainya.

Sedangkan dalam kecepatan rendah, pesawat akan putar balik dan tidak jatuh di lokasi Sriwijaya Air.

"Walaupun kita sudah berusaha dengan keras mereplikasikan data dengan cara membelokkan sedikit ke kiri lalu menikukkan ke kanan dengan posisi flight control, saya melihat bahwa ketika kita turunkan nose ini maka air speed akan naik. Ketika air speed naik, maka tikungan yang dihasilkan akan menjadi sangat landai," jelas Vincent.

"Yang bisa saya simpulkan adalah kecil kemungkinan jika penerbangan ini dipaksakan dengan sengaja dijatuhkan, baik itu sabotasi atau hijacking dari siapa pun," tambahnya.

Meski begitu, Vincent mengingakan bahwa percobaan itu hanyalah eksperimen sederhana yang tidak berdasar dan tidak bertujuan untuk mendahului penyelidikan Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT).

"Sekali lagi ini hanya trial yang tidak berdasar, saya hanya ingin mencaoba bagaimana pesawat jika dipaksa turun tapi tidak sesuai dengan yang ada di flight radar. Ini simple test yang bisa saja salah," imbaunya.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews