post image
Puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu/Net
KOMENTAR

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan indikasi bahwa auto-throttle kemungkingan menjadi penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 pada 9 Januari lalu.

Auto-throttle merupakan sistem yang memungkin pilot mengontrol tenaga mesin pesawat secara otomatis. Itu menghasilkan lebih banyak daya dorong di salah satu dari dua mesin Boeing 737-500.

Penyelidik KNKT, Nurcahyo Utomo menyebut, pesawat Sriwijaya Air melaporkan adanya masalah pada sistem auto-throttle beberapa hari sebelum penerbangan ke Pontianak.

"Salah satu faktor yang kami perhatikan, tapi saat ini saya tidak dapat mengatakan (auto-throttle) jadi faktor penyebab kecelakaan," ujar Nurcahyo ketika diminta konfirmasi oleh Bloomberg.

Saat ini, KNKT sendiri tengah bekerja dengan sejumlah ahli internasional, termasuk pihak Boeing untuk meninjau data black box yang telah ditemukan.

Pesawat jet bermesin ganda seperti 737 dirancang untuk terbang dengan satu mesin dalam keadaan darurat, jadi kegagalan auto-throttle yang menghasilkan daya dorong yang tidak seimbang seharusnya tidak cukup untuk menjatuhkan pesawat dengan sendirinya.

Namun, kasus dorong yang tidak seimbang yang parah dapat menyebabkan berbagai masalah dengan kemampuan kontrol pesawat. Jika pesawat berada di awan atau pilot tidak memantau kondisi pesawat dengan cermat, itu bisa menjadi sangat tidak terkendali sebelum kru merespons.

Dorongan yang tidak seimbang dari mesin dapat menyebabkan pesawat berbelok atau bahkan berguling ke samping dan turun secara tiba-tiba, jika tidak ditangani dengan benar. Pilot harus mengambil langkah dengan mengatur kekuatan secara manual atau mengambil tindakan lain.

Masalah terkait dengan sistem auto-throttle terjadi pada kecelakaan fatal Airbus SE A-310 yang membuat pesawat Tarom Airlines jatuh di dekat Bukares pada 1995. Penyelidik Rumania menyebut, kecelakaan yang menyebabkan 60 penumpang tewas itu juga disebabkan respons pilot yang tidak memadai.

Jika kegagalan auto-throttle terbukti menjadi penyebab kecelakaan Sriwijaya Air, kemungkinan penyelidikan akan fokus pada pelatihan pilot.

"Asimetri dorong besar jarang terjadi, tetapi pilot dilatih untuk memperhatikan hal ini dan mencegah hilangnya kendali. Penyelidik akan menentukan sejauh mana asimetri terjadi dan melihat faktor-faktor lain yang membuatnya menjadi kehilangan kendali," kata analis penerbangan Gerry Soejatman.

Boeing sendiri sudah mengeluarkan instruksi bertahun-tahun lalu untuk memperbaiki masalah auto-throttle oleh pilot. Tapi pada beberapa insiden, pilot gagal mengenalinya masalah. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) juga merekomendasikan agar prosedur dibuat lebih spesifik.

"Prosedur ini tidak memperhitungkan faktor manusia yang dapat menyebabkan awak penerbangan gagal mengenali kelainan yang berkembang selama periode waktu yang lama, mengakibatkan sudut tepian yang berlebihan untuk pesawat," kata FAA dalam pemberitahuan tahun 2001 kepada pilot.

Menurut FAA, dari delapan insiden di mana pilot tidak merespons dengan baik, dua pesawat berguling lebih dari 40 derajat.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sendiri jatuh menukik lebih dari 3.050 meter dalam kurun waktu sekitar 15 detik, dan hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews