Keputusan untuk mencabut larangan terbang Boeing 737 MAX kembali mengingatkan publik terhadap dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat tersebut beberapa waktu lalu.
Pada 28 Oktober 2018, Boeing 737 MAX milik Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 mengalami kecelakaan di lepas pantai Karawang, Jawa Barat. Kecelakaan menewaskan 189 orang, yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, seorang penumpang anak, dua bayi, dua pilot, dan lima kru.
Kemudian pada 10 Maret 2019, pesawat yang sama milik Ethiopian Airlines dengan kode penerbangan ET 302 juga mengalami kecelakaan. Pesawat jatuh di dekat kota Bishoftu setelah 6 menit lepas landas. Sebanyak 157 orang, termasuk penumpang dan kru meninggal.
Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menilai dua insiden tersebut merupakan kecelakaan paling mengundang kontroversial sepanjang sejarah penerbangan dunia.
"Kita bayangkan dalam waktu relatif singkat, dua pesawat brand new mengalami kecelakaan yang fatal. Kredibilitas FAA (Administrasi Penerbangan Federal AS) dan Boeing dipertaruhkan," ujarnya ketika memberikan sambutan dalam webinar bertajuk "Menyambut Kembali Boeing 737 MAX" pada Rabu (5/1).
Sejak dimulai pada 1903, dunia penerbangan sipil mengalami perkembangan yang luar biasa pada periode 1980-1990-an, dengan klaim efisiensi keselamatan yang semakin tinggi dan kecelakaan yang menurun.
Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai masalah baru bermunculan. Pesawat-pesawat dengan teknologi mutakhir justru mengalami kecelakaan kecil yang berakibat fatal.
"Ada masalah-masalah yang terangkat, dan itu menjadi hot issue dalam satu-dua dekade ini. (Salah satunya) ketergantungan pilot terhadap sistem otomatisasi," jelasnya.
Dengan teknologi yang semakin canggih, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) periode 2002-2005 ini menekankan pentingnya pengetahuan yang lebih bagi pilot terkait sistem komputasi penerbangan, dan berbagai hal terkait lainnya.
Dalam webinar tersebut juga turut menghadirkan Kepala Subdit Sertifikasi Pesawat Udara DKPPU Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Agustinus Djantun Prijanto, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, pilot Boeing 737 MAX Captain Djantun Prijanto, pakar keamanan penerbangan Tommy Andoko, dan pakar asuransi penerbangan Sofian Pulungan.
KOMENTAR ANDA