post image
Rebranding Malindo menjadi Batik Air Malaysia di Kuala Lumpur, 11 Juli 2022./FlightGlobal
KOMENTAR

Lion Air Group akan kembali mengoperasikan pesawat Boeing 737 Max. Di awal tahun depan, Batik Air Malaysia yang merupakan bagian dari Lion Air Group akan menerima 737-9 dari produsen pesawat itu.

Penegasan itu disampaikan Ketua Lion Air Group, Rusdi Kirana, dalam konferensi pers di Kuala Lumpur, Malaysia (Senin, 11/7) untuk mengumumkan rebranding Malindo Air menjadi Batik Air Malaysia.

Lion Air Group yang berbasis di Indonesia mencakup Lion Air, Super Air Jet dan Batik Air dari Indonesia, serta Thai Lion Air. Group ini memiliki lebih dari 200 unit 737 Max  yang merupakan campuran dari Max 8 dan Max 9 yang sedang dalam pemesanan.

Rusdi Kirana, yang menjawab pertanyaan dari FlightGlobal, mengatakan bahwa pihaknya ingin melanjutkan operasional pesawat itu.

“[Boeing] melakukan banyak pekerjaan untuk memastikan bahwa (737 Max) aman untuk berpergian. Kami memiliki (lebih dari) 200 pesawat yang dipesan dengan Boeing, dan kami masih akan (mengambilnya) karena (kami) membutuhkan lebih banyak pesawat karena permintaan untuk mengurangi harga tiket,” kata Kirana.

Komentarnya muncul karena Batik Air Malaysia tampaknya akan memiliki 17 armada Max 8 pada akhir tahun. Maskapai ini memiliki empat unit yang beroperasi saat ini untuk melayani penerbangan jarak jauh seperti ke Pakistan dan Australia.

Sementara Kepala Batik Air Malaysia Mushafiz Mustafa Bakri kepada FlightGlobal mengatakan bahwa maskapai yang dipimpinnya bekerja sama dengan regulator AS dan Malaysia untuk mendapatkan sertifikat Max 9. Dia mengharapkan maskapainya menerima pengiriman empat Max 9 pada kuartal pertama 2023.

Pada September 2021 lalu muncul informasi yang mengatakan maskapai itu akan kembali mengoperasikan kembali 737 Max setelah pemerintah Malaysia mencabut larangan operasional.

Batik Air Malaysia, yang sebelumnya dikenal sebagai Malindo, adalah maskapai pertama di dunia yang mengoperasikan 737 Max pada 2017. Namun, sejak pesawat itu di-grounded pada 2019 menyusul dua kecelakaan fatal, pihaknya menarik armada 737 Max dari layanannya.

Sebuah 737 Max yang dioperasikan oleh sister carrier Lion Air jatuh pada 2018 setelah lepas landas dari Jakarta, menewaskan semua penumpang dan awak, sebanyak 189 orang. Kecelakaan Boeing 737 Max berikutnya melibatkan Ethiopian Airlines pada 2019. Kedua peristiwa ini mendorong semua regulator global mengandangkan pesawat tersebut.

Indonesia termasuk di antara beberapa negara terakhir di dunia yang melakukan sertifikasi ulang terhadap pesawat tersebut setelah dilarang terbang.

Menurut Rusdi Kirana, saat ini Lion Air Indonesia memiliki sekitar 100 pesawat – atau sekitar 80 persen dari armada operasionalnya – yang terbang, termasuk pesawat 737 Max.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews