Di tengah ketidakharmonisan yang sedang terjadi antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia, badan luar angkasa kedua negara, NASA dan Roscosmos, melanjutkan kerjasama penerbangan luar angkasa.
Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (15/7), NASA menjelaskan pihaknya akan melanjutkan program terintegrasi di satelit artifisial International Space Station (ISS) bersama misi Rusia.
ISS merupakan projek kolaborasi multi nasional yang melibatkan NASA, Roscosmos, JAXA Jepang, ESA Eropa, dan CSA Kanada.
“Kerjasama ini untuk memastikan operasi Stasiun Luar Angkasa Internasional yang aman, melindungi kehidupan astronot, dan memastikan kehadiran AS yang berkelanjutan di luar angkasa," tulis NASA dalam pernyataan itu.
Adapun Wakil Manajer Program ISS NASA, Dana Weigel, ketika berbicara dalam pengarahan mengenai misi peluncuran Cargo Dragon 2 SpaceX ke ISS bulan September nanti mengatakan, pihaknya berharap dapat menyelesaikan kesepakatan dengan Roscosmos yang berlangsung sejak NASA menghentikan misi pesawat ulang alik pada 2010.
Setelah pesawat ulang alik tidak lagi dioperasikan, NASA mendapatkan dukungan dari Roscosmos untuk membawa astronot dari Bumi ke ISS dan sebaliknya.
Saat ini kosmonot wanita Rusia, Anna Kikina, sedang berlatih keras untuk memimpin misi Crew-5. Sementara astronot AS, Frank Rubio, akan memimpin misi peluncuran Soyuz yang menurut rencana akan dilakukan pada 21 September dari Kazakhstan.
Setelah misi pesawat ulang alik NASA dihentikan, Soyuz menjadi satu-satunya cara untuk mencapai ISS. Namun alternatif lain terbuka setelah Elon Musk memulai program SpaceX di tahun 2020.
Astronot NASA terakhir yang mengoperasikan Soyuz ke ISS adalah Mark Vande Hei. Purnawirawan Angkatan Udara ini memimpin menerbangkan Soyuz MS-18 di bulan September 2021 bersama kosmonot Rusia Pyotr Dubrov.
Akhir Maret lalu, sebulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, Vande Hei kembali ke Bumi bersama kosmonot Dmitry Rogozin. Kosmonot Rogozin sempat mengancam akan meninggalkan Vande Hei di ISS sebagai balasan atas sanksi yang dijatuhkan AS pada Rusia.
ISS masih merupakan objek buatan terbesar di luar angkasa. Sebegitu besar, ISS yang berada di orbit rendah Bumi, sekitar 400 kilometer dari permukaan Bumi, dapat dilihat dengan mata telanjang.
Stasiun ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama Segmen Orbital Rusia (ROS) yang dioperasikan Rusia, dan Segmen Orbital Amerika Serikat (USOS) yang dikendalikan AS dan negara lain yang ikut dalam proyek ini.
Segmen ROS memiliki enam modul, sementara Segmen USOS memiliki sepuluh modul yang layanan dukungannya didistribusikan 76,6 persen untuk NASA, 12,8 persen untuk JAXA, 8,3 persen untuk ESA dan 2,3 persen untuk CSA.
Roscosmos telah menyatakan mendukung operasi ROS hingga tahun 2024, setelah sebelumnya mengusulkan pembangunan stasiun luar angkasa Rusia baru yang disebut OPSEK.
Kerjasama NASA dan Roscosmos sempat limbung menyusul invasi Rusia ke Ukraina di bulan Februari 2022.
Komponen ISS pertama kali diluncurkan pada tahun 1998. Astronot yang menetap untuk waktu yang lama tiba pada 2 November 2000. Sejak itu stasiun ini terus-menerus ditempati selama hampir 22 tahun.
KOMENTAR ANDA