Pesawat latih tempur ringan T-50i Golden Eagle milik TNI AU yang jatuh saat mengikuti latihan penyusupan malam, Senin (18/7) adalah buatan Korea Aerospace Industries (KAI) bekerjasama dengan Lockheed Martin.
T-50 yang merupakan pesawat supersonik pertama yang diproduksi negeri ginseng mulai dikembangkan di era 1990an. Penerbangan perdana T-50 dilakukan di tahun 2002. Tiga tahun kemudian, pesawat ini mulai dioperasikan Angkatan Udara Korea Selatan.
Dalam pengembangan selanjutnya, T-50 dimodifikasi menjadi pesawat aerobatik dan tempur, menjadi T-50B, TA-50, juga FA-50.
Versi TA-50 memiliki meriam tiga laras dari M61 Vulcan yang dipasang secara internal di belakang kokpit. Setiap meriam memiliki kemampuan menembakkan amunisi 20 mm tanpa sambungan.
Sementara rel ujung sayap dapat menampung rudal AIM-9 Sidewinder. Berbagai senjata tambahan juga dapat dipasang ke cantelan bawah sayap.
Senjata udara-ke-permukaan yang kompatibel untuk pesawat ini antara lain adalah rudal AGM-65 Maverick, peluncur roket Hydra 70 dan LOGIR, bom cluster CBU-58 dan Mk-20, dan bom serba guna Mk-82, 83, dan 84
Selain Angkatan Udara Korea Selatan, pesawat ini juga dioperasikan Angkatan Udara Irak, Angkatan Udara Filipina, dan TNI AU yang menggunakan varian T-50i.
Indonesia menggunakan T-50i untuk menggantikan pesawat latih BAE Systems Hawk Mk 53 dan pesawat serang OV-10 Bronco. Di bulan Mei 2011, Indonesia menandatangani kontrak pembelian 16 unit T-50 seharga 400 juta dolar AS.
Pesawat ini memiliki fitur tiang senjata dan modul senjata, memungkinkan kemampuan serangan ringan.
Pengiriman pesawat dimulai pada September 2013. Dua pesawat terakhir yang dipesan tahun 2011 itu tiba pada Januari 2014.
Di bulan Juli 2021, Indonesia kembali memesan T-50i kepada KAI. Kontrak kedua ini hanya senilai 240 juta dolar AS untuk 6 unit T-50i beserta dukungan dan paket logistik untuk operasi pesawat.
KOMENTAR ANDA