post image
KOMENTAR

Garuda Indonesia diminta untuk fokus pada rute domestik. Setidaknya, 30 persen dari penerbangan maskapai pelat merah itu harus melayani penerbangan di dalam negeri.

Permintaan ini disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir ketika berbicara dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta, Selasa (26/7).

Dia mengatakan, dari data yang ada, pertumbuhan penerbangan Indonesia akan menjadi yang terbesar kedua setelah Republik Rakyat China.

“Tapi jangan salah melihat potensi. Kita ini potensinya di domestik. Lebih baik fokus di situ, 70 persen domestik, 30 persen internasional berupa kargo, umrah, dan haji," ujar Erick.

Erick juga mengatakan, dirinya percaya dari sisi keuangan Garuda Indonesia akan membaik jika manajemen disiplin dalam menjalankan bisnis.

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memproyeksi Garuda Indonesia akan membukukan kinerja positif pada semester II 2022 seiring akselerasi pemulihan kinerja pasca meraih kesepakatan homologasi melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada akhir Juni 2022 lalu.

"Proyeksi kinerja positif di 2022 akan terus dioptimalkan Garuda secara bertahap hingga 2-3 tahun mendatang agar dapat kembali ke level periode masa sebelum pandemi," kata Irfan.

Proyeksi postifi ini sudah terlihat dari pencatatan kinerja bulan Mei lalu. Pada periode itu  Garuda membukukan profitabilitas dari rute angkutan penumpang, kargo, charter maupun pendapatan penunjang lainnya.

Berdasarkan laporan keuangan (audited) 2021, Garuda secara group mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dolar AS atau setara dengan Rp19,9 triliun. Angka itu turun 10,43 persen dibandingkan dengan pendapatan usaha di 2020 lalu.

Pendapatan usaha tersebut ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal senilai 1,04 miliar dolar AS, penerbangan tidak berjadwal sebesar 88,05 juta dolar AS, dan pendapatan lainnya sebesar 207 juta dolar AS.

Sementara, beban usaha perusahaan turun 21 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS tahun lalu. Namun, perusahaan masih membukukan rugi bersih sebesar 4,16 miliar dolar AS tahun lalu.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews