post image
Garuda Indonesia
KOMENTAR

Maskapai kebanggaan rakyat Indonesia, Garuda Indonesia, telah mengumumkan laporan kinerja perusahaan pada kuartal pertama tahun 2022 ini. Dari laporan tersebut diperoleh kepastian bahwa perusahaan yang kini dikendalikan Dirut Irfan Setiaputra mengalami kerugian sebesar Rp 3,33 triliun dari bulan Januari hingga Maret ini.

Laporan keuangan itu dirilis Garuda Indonesia (GIAA) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelumnya BEI memberikan peringatan kepada Garuda Indonesia untuk segera memberikan laporan kinerja perusahaan per 31 Maret 2022.

Di dalam laporan keuangan itu, terbaca bahwa rugi bersih Garuda Indonesia sebesar 224,66 juta dolar AS atau setara Rp 3,33 triliun, dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 14.834 per dolar AS.

Di sisi lain disebutkan, kerugian pada kuarta pertama 2022 itu masih lebih baik dibandingkan kerugian pada periode yang sama di tahun lalu. Ketika itu, Garuda Indonesia menelan kerugian sebesar 384,34 juta dolar AS atau setara Rp 5,7 triliun. Artinya lagi, Garuda disebutkan berhasil menekan kerugian sebesar 41,54 persen.

Juga di dalam laporan itu disebutkan bahwa pendapatan usaha Garuda Indonesia turun tipis 0,82 persen, dari 353,07 juta dolar AS di kuartal 1 2021 menjadi 350,15 juta dolar AS di kuartal 1 2022 atau setara dengan Rp 5,19 triliun. Penurunan pendapatan ini terjadi karena pendapatan dari penerbangan berjadwal turun 2,74 persen, menjadi 270,57 juta dolar AS atau sebesar Rp 4,01 triliun.

Pendapatan berdasarkan geografis Garuda Indonesia didominasi oleh segmen domestik. Penerbangan domestik di Jakarta berkontribusi 83,39 persen atau berkisar Rp 4,35 triliun terhadap total pendapatan.

Sedangkan pendapatan segmen usaha internasional tertinggi berasal dari Tokyo yaitu 8,01 juta dolar AS atau setara Rp 118,87 miliar. Disusul Shanghai sebesar 7,63 juta dolar AS atau setara Rp 113,24 miliar, Singapura sebesar 4,8 juta dolar AS atau Rp 71,24 miliar dan Amsterdam sebesar 1,96 juta dolar AS atau Rp 29,15 miliar.

Ditambahkan bahwa Garuda Indonesia memperoleh pendapatan usaha lainnya yaitu penerbangan tidak berjadwal tercatat 24,07 juta dolar AS atau sebesar Rp 357,15 miliar. Kemudian, pendapatan lain-lain diraup Perseroan sebesar  55,5 juta dolar AS atau setara Rp 823,34 miliar.

Perseroan menekan beban usaha sebesar 25 persen, menjadi USD 526,33 juta atau setara Rp 7,8 triliun. Beban operasional penerbangan terpangkas 23,33 persen, menjadi USD 300,7 juta atau setara Rp 4,46 triliun. Sementara itu, beban pemeliharaan dan perbaikan turun 31,87 persen, menjadi USD 108,82 juta atau setara Rp 1,61 triliun.

Adapun Garuda Indonesia mencatat rugi per saham dasar sebesar 0,00868 dolar AS per lembar saham. Rugi per saham tersebut turun tipis dibandingkan 0,01485 dolar AS per lembar saham. Garuda Indonesia mencatatkan total liabilitas naik tipis sebesar 13,38 dolar AS miliar sepanjang tiga bulan pertama 2022, atau setara Rp 198,52 triliun.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews