Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri AS Antony J. Blinken sempat melakukan pembicaraan sebelum sesi tertutup dalam Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN dan AS di Phnom Penh, Kamboja, pada 4 Agustus.
Berikut ini adalah transkrip pembicaraan kedua Menlu itu yang menarik untuk disimak.
Menlu RI Retno Marsudi: Menlu Blinken, Tony, senang menyambut Anda kembali di kawasan ini. Dan saya sangat menghargai kehadiran Anda dalam pertemuan ini. Ini menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk lebih memperkuat hubungan dengan ASEAN. Dan terima kasih juga telah menjadi tuan rumah KTT ASEAN-AS di Washington, D.C., pada 12 dan 13 Mei tahun ini.
Rekan-rekan, kita semua tahu bahwa kita hidup pada masa yang sangat menantang. Sementara pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat lainnya yang menjadi perhatian internasional. Sementara itu, perang di Ukraina terus berlanjut. Situasi ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap dunia, khususnya negara-negara berkembang. Kerawanan pangan dan energi menjadi lebih (tidak terdengar) dari sebelumnya. Ruang keuangan semakin ketat. Pertanyaannya adalah: Bagaimana kemitraan ASEAN-AS bisa membantu meringankan situasi ini?
Rekan-rekan, Indo-Pasifik adalah masa depan kawasan kita. Masa depan kita akan bergantung pada bagaimana kita mengelola Indo-Pasifik. Kawasan Indo-Pasifik tidak dapat melalui pendekatan dengan pola pikir ini atau itu, melainkan dengan pola pikir kerja sama Indo-Pasifik, kepercayaan strategis, dan, yang tak kalah penting, selalu menjunjung tinggi hukum internasional. Kita tidak punya pilihan lain selain memperkuat pandangan ini dengan penuh semangat. Bagi Indonesia dan ASEAN, sangat penting untuk menjalin kerja sama yang konkret dengan para mitra, termasuk dengan AS – kerja sama yang saling menguntungkan yang dapat berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik.
Menlu Blinken, rekan-rekan, pada masa yang penuh tantangan ini, yang dibutuhkan dunia adalah kebijaksanaan dan tanggung jawab semua pemimpin, kita semua, untuk memastikan perdamaian dan stabilitas.
Poin terakhir saya – dan ini sangat penting – kami sangat gembira bahwa peningkatan hubungan ASEAN-AS menjadi kemitraan yang komprehensif dan strategis sedang berjalan, dan saya yakin bahwa tingkat kemitraan baru ini akan menjadi jalan yang baik bagi kita untuk lebih memperkuat hubungan kita. Dan saya berharap dapat memfasilitasi diskusi yang bermanfaat hari ini dengan Anda, Tony. Terima kasih banyak.
Sekarang saya ingin mengundang mitra ketua saya untuk menyampaikan sambutan pembukaannya. Menlu Blinken, saya persilakan.
Menlu AS Blinken: Menlu Retno, terima kasih banyak. Terima kasih atas kata-kata Anda yang baik dan murah hati. Terima kasih khususnya atas dukungan Indonesia sebagai koordinator negara untuk Amerika Serikat dalam pertemuan ini dan selama beberapa bulan terakhir ini. Hal ini sangat kami hargai. Dan izinkan saya juga untuk menyampaikan terima kasih banyak kepada tuan rumah untuk (tidak terdengar) – untuk hari ini, besok – Menteri Luar Negeri Prak Sokhonn, yang telah menjamu kami di Phnom Penh dan atas kepemimpinan Kamboja sebagai ketua ASEAN tahun ini.
Sebelum saya berbicara lebih lanjut, saya ingin berbicara terkait aktivitas terbaru terkait Taiwan, karena saya tahu peristiwa tersebut ada di benak pikiran banyak orang. Amerika Serikat senantiasa memiliki kepentingan yang tetap untuk perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Kami menentang segala upaya sepihak untuk mengubah status quo, terutama dengan kekerasan. Kami tetap berkomitmen terhadap kebijakan “satu China”, dipandu oleh komitmen kami di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan (Taiwan Relations Act), tiga Komunike bersama (Three Communiqués), dan Enam Jaminan (Six Assurances).
Dan saya ingin menekankan bahwa tidak ada yang berubah dengan posisi kami, dan saya sangat berharap bahwa Beijing tidak akan dengan sengaja menciptakan krisis atau mencari dalih untuk meningkatkan aktivitas militernya yang agresif. Kami, dan negara-negara di seluruh dunia, percaya bahwa eskalasi tidak menguntungkan siapa pun dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan yang tidak memenuhi kepentingan siapa pun, termasuk anggota ASEAN dan termasuk juga China. Dalam beberapa hari terakhir ini, Kami telah menghubungi untuk melibatkan rekan-rekan RRC kami pada setiap tingkat pemerintahan guna menyampaikan pesan ini. Menjaga stabilitas lintas selat adalah kepentingan semua negara di kawasan, termasuk semua rekan kami di ASEAN.
Tahun ini, kita dengan bangga merayakan 45 tahun hubungan ASEAN-AS. Bahkan saat kita merayakan 45 tahun tersebut, kita melihat ke masa depan. Dan saat kita melihat ke masa depan, Amerika Serikat bertekad untuk memperdalam dan memperkuat kemitraannya dengan ASEAN untuk menjawab tantangan saat ini, tantangan yang dihadapi warga negara di semua negara kita. Kami berkomitmen terhadap sentralitas ASEAN. Kami sangat mendukung Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, dan kami dengan sepenuh hati mendukung nilai-nilai yang menjadi dasar pandangan tersebut: keterbukaan, inklusivitas, komitmen terhadap supremasi hukum, tata kelola pemerintahan yang baik, dan – Retno, seperti yang Anda katakan – penghormatan terhadap hukum internasional. Nilai-nilai ini juga merupakan inti dari strategi Indo-Pasifik kami. Strategi kami dan Pandangan ASEAN memiliki pendekatan yang sangat serupa.
Seperti yang dikatakan Presiden Biden di KTT Khusus ASEAN-AS pada bulan Mei, kita meluncurkan era baru dalam hubungan ASEAN-AS. Dan sebagai contoh kerja sama kita, bulan September lalu Menteri Energi Granholm berpartispasi dalam Pertemuan Menteri Energi ASEAN-AS untuk memperdalam kerja sama dalam tujuan bersama kita, seperti mempromosikan energi terbarukan dan teknologi energi baru.
Pada Mei lalu, Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Becerra bergabung di Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN-AS. Kita memperluas kerja sama dalam bidang kesehatan global, pemberian perawatan kesehatan, termasuk peningkatan pengawasan penyakit, tenaga kesehatan yang lebih kuat, peningkatan akses ke perawatan primer. Hal ini akan membantu mengangkat semua populasi kita, tidak hanya dalam menangani hal-hal seperti pandemi yang telah kita hadapi selama beberapa tahun terakhir, tetapi sebagai isu umum dalam memperkuat sistem perawatan kesehatan untuk kepentingan semua warga negara kita.
Di KTT khusus antara Amerika Serikat dan ASEAN pada bulan Mei, Utusan Khusus Presiden untuk masalah Iklim John Kerry memimpin pembicaraan tentang kerja sama untuk mencapai tujuan dekarbonisasi global dan regional. Kami sangat berharap dapat segera melanjutkan pembicaraan ini pada Pertemuan Menteri Iklim ASEAN-AS. Dan kita telah melakukan dialog terkait transportasi, serta pertemuan tingkat menteri pertama kalinya tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Singkat kata, kita bekerja sama dalam berbagai isu yang sangat beragam yang merupakan inti kemakmuran dan keamanan satu miliar orang populasi kita.
Selagi kita menantikan KTT ASEAN-AS pada bulan November, kita meletakkan dasar-dasar kemitraan strategis yang komprehensif sehingga kita dapat memperluas kerja sama meliputi lebih banyak bidang, termasuk keamanan maritim, kesehatan masyarakat, keamanan siber. Kami juga berharap dapat meningkatkan kerja sama dengan ASEAN secara lebih luas. Misalnya, dengan Quad dan dalam Kerangka Ekonomi Indo Pasifik (tidak terdengar) untuk ide-ide Anda untuk memajukan kerja sama dan kolaborasi serupa.
Untuk memandu semua upaya ini, Presiden Biden menominasikan penasihat lamanya yang hebat, Yohannes Abraham, seorang pegawai negeri yang luar biasa, sebagai duta besar berikutnya untuk Misi AS untuk ASEAN. Jika penominasiannya dikonfirmasi oleh Senat AS, dapat saya nyatakan, berdasarkan pengalaman pribadi, bahwa beliau akan menjadi mitra yang istimewa bagi ASEAN.
Sebelumnya, saya berkesempatan bertemu dengan sekelompok anak muda dari seluruh kawasan yang berpartisipasi dalam program AS yang disebut YSEALI, Young Southeast Asian Leaders Initiative. Hingga saat ini, lebih dari 5.000 anak muda merupakan alumni pertukaran YSEALI. Lebih dari 150.000 merupakan anggota jaringan YSEALI. Mereka mewakili bakat dan dedikasi luar biasa dari kaum muda di seluruh Asia Tenggara, yang ingin berkontribusi untuk kemajuan negara mereka dan membantu membentuk masa depan bersama.
Duduk bersama mereka dan mendengar mereka sangat menginspirasi saya, dan kini saya merasa sangat terinspirasi bisa duduk bersama Anda semua. Jadi saya berharap – Retno, rekan-rekan – untuk berbicara dengan Anda masing-masing selama dua hari ke depan tentang bagaimana kita dapat memastikan bahwa kemitraan ini, yang benar-benar akan membentuk masa depan untuk generasi yang akan datang, dapat berlanjut dan bahkan lebih efektif untuk masyarakat kita.
Jadi dengan itu, Ibu Menlu, saya kembalikan kepada Anda. Terima kasih.
Menlu RI Retno Marsudi: Terima kasih banyak, Menlu Blinken. Terima kasih. Dan dengan hormat, sekarang saya mengajak media untuk meninggalkan ruangan, karena kami akan memulai sesi tertutup.
KOMENTAR ANDA