post image
KOMENTAR

Ancaman China yang tertuang dalam white paper atau laporan resmi terbarunya bahwa mereka tidak akan segan menggunakan kekuatan untuk menguasai Taiwan, dikecam Mainland Affairs Council (MAC).

MAC dalam pernyataannya menolak buku putih tersebut, menyebutnya sebagai dokumen yang penuh kebohongan.

"Taiwan menyatakan bahwa tidak ada pihak yang menjadi milik yang lain, dan dengan tegas menolak 'satu negara, dua sistem' - ini adalah status saat ini dari Selat Taiwan dan kenyataan," katanya, seperti dikutip dari Taipei Times, Kamis (11/8).

“Intrik politik yang ceroboh oleh pihak berwenang di Beijing berfungsi untuk menyoroti pola pikir barbarnya yang membenarkan ambisinya untuk menyerang Taiwan dengan mengorbankan perdamaian di Selat Taiwan dan kawasan itu,” kata MAC.

Republik China, katanya, adalah negara berdaulat di Taiwan sementara rezim Partai Komunis China tidak pernah memerintah Taiwan dengan benar atau pulau-pulau terpencil Penghu, Kinmen dan Matsu.

“Prinsip satu China Beijing mewakili salah tafsir Piagam PBB, dan dunia telah mengecam klaim delusi kedaulatannya atas Taiwan dan gangguan terhadap tatanan internasional," lanjut MAC.

China dalam buku putih berjudul "Persoalan Taiwan dan Reunifikasi China di Era Baru" yang diterbitkan Kantor Urusan Taiwan pada Rabu (10/8) menguraikan bagaimana mereka bermaksud untuk mengklaim Taiwan melalui berbagai insentif ekonomi dan tekanan militer.

“Kami siap untuk menciptakan ruang yang luas untuk reunifikasi damai, tetapi kami tidak akan meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis dalam bentuk apa pun,” kata dokumen itu.

"China tidak akan meninggalkan penggunaan kekuatan, dan kami mencadangkan pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan,” katanya.

MAC dalam tanggapannya juga mengatakan bahwa buku putih China adalah dokumen klise yang ditulis untuk kepentingan audiens internal sebelum kongres nasional ke-20 komunis.

“Penggambaran China tentang jalan untuk pengembangan Taiwan adalah tindakan menipu diri sendiri, yang akan terbukti sia-sia,” kata MAC.

“(Dokumen) itu membuat 23 juta orang Taiwan jijik, karena seperti satu-satunya orang yang berhak menentukan masa depan Taiwan,” ujarnya

Presiden Tsai Ing-wen yang juga ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) ikut menanggapi diterbitkannya buku putih tersebut.

“China mengeluarkan buku putihnya pagi ini dengan cara angan-angan, mengabaikan realitas situasi lintas selat," ujarnya pada Selasa.
 


Pemburu Yahudi

Sebelumnya

Teguh Santosa: Pernyataan Bersama RI dan RRC Tidak Membahayakan Kedaulatan Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Global Politics