Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memasok pesawat pembom B-21 ke Australia, yang menurut para ahli akan memungkinkan Canberra melancarkan serangan jarak jauh terhadap China.
Rencana itu disampaikan Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall pada sebuah konferensi pers setelah bertemu dengan kepala Angkatan Udara Australia Marsekal Udara Robert Chipman baru-baru ini, dengan mengutip ancaman China.
"Kami berada dalam apa yang saya anggap sebagai perlombaan untuk keunggulan teknologi militer dengan China," kata Kendall di Canberra, seperti dikutip dari Global Times, Kamis (25/8).
Sementara itu Chipman menggarisbawahi pentingnya AUKUS, di mana kelompok tersebut bekerja sama untuk mengembangkan dan meneliti serta merekayasa teknologi baru secara kolaboratif sehingga mampu untuk tetap bersaing.
AS telah bertahun-tahun enggan untuk melengkapi sekutunya itu dengan teknologi militer paling mutakhir dan senjata strategis, termasuk pembom strategis, kapal selam bertenaga nuklir dan jet tempur siluman F-22.
Song Zhongping, pakar militer China ikut bersuara atas recana tersebut, mengingatkan adanya ancaman serius jika rencana AS memasok bomber B-21 terlaksana.
"Karena B-21 adalah pembom siluman jarak jauh yang mampu melakukan penerbangan antarbenua, itu bisa menimbulkan ancaman serius bagi China," kata Song.
"Jika Australia memperoleh B-21, negara itu pada dasarnya akan menjadi pangkalan pengebom luar negeri AS," lanjutnya.
Tetapi, kata Song, selama China memodernisasi militernya selangkah demi selangkah sesuai jadwal, ancaman seperti itu dapat diatasi.
KOMENTAR ANDA