post image
Comac C919 buatan China
KOMENTAR

Maskapai Lufthansa mengeluhkan keterlambatan pengiriman Boeing pesanan mereka. Namun sejauh ini, Lufthansa yang mengoperasikan berbagai jenis pesawat dari beragam pabrikan, belum tertarik untuk memesan pesawat produksi China, Comac, untuk memenuhi kebutuhan armada.  

Ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan The Neue Zürcher Zeitung tentang dampak penundaan pengiriman pesawat Boeing terhadap operasional, CEO Lufthansa Carsten Spohr mengatakan, keterlambatan itu  sangat menjengkelkan dan menghabiskan banyak uang bagi maskapai.

“Namun, saya yakin Boeing akan dapat mengendalikan permasalahan ini. Industri ini membutuhkan dua penyedia yang kuat. Setiap orang berkepentingan agar Boeing dapat kembali membuat pesawat hebat dengan lebih andal dalam waktu dekat,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan keyakinannya terhadap keselamatan pesawat Boeing yang diterbangkan oleh maskapai tersebut, dan menekankan bahwa setengah dari pesawat yang lepas landas beberapa kali sehari di seluruh dunia adalah buatan Boeing dan penerbangan masih merupakan salah satu moda transportasi teraman.

Spohr menambahkan, setiap pesawat yang dipesan Lufthansa didampingi oleh para insinyurnya selama proses produksi untuk memastikan standar kualitasnya terpenuhi.

Produsen pesawat China, Comac, sejauh ini menawarkan dua jenis pesawat, yakni jet regional jarak pendek ARJ21 dan jarak menengah C919.

Tiga maaskapai besar di China telah memesan pesawat Comac dalam jumlah besar. Begitu juga denga Tibet Airlines. Bahkan Ryanair telah menunjukkan minat pada Comac selama bertahun-tahun.

Comac juga disebutkan sedang membuat pesawat berbadan lebar untuk bersaing dengan Boeing 787 dan Airbus A350 yang populer.

Seperti dikutip SimpleFlying, Spohr mengatakan pihaknya belum tertarik untuk melirik pesawat buatan China.

“Mengingat standar keselamatan yang kami tetapkan di Grup Lufthansa, menurut saya hal itu tidak realistis untuk beberapa tahun ke depan,” ujarnya

Selain masalah pengiriman Boeing, Spohr juga berbicara tentang bagaimana serangan baru-baru ini merugikan perusahaan sekitar setengah miliar Euro. Dia mengatakan bahwa pertanyaan yang lebih besar mengenai perlunya hak mogok di Jerman adalah keputusan para politisi, namun dia mendukung pemeliharaan layanan minimal tertentu, seperti pemeriksaan keamanan di bandara, dan lain-lain.

Dia juga menambahkan bahwa grup maskapai penerbangan mengalokasikan biaya mogok kerja ke masing-masing maskapai penerbangan untuk menghindari kerugian bagi karyawan maskapai lain.


Kini Garuda Indonesia Dipimpin Wamildan Tsani

Sebelumnya

Prediksi Airbus: Asia-Pasifik Butuh 19.500 Pesawat Baru Tahun 2043

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews